Senin 17 Mar 2014 04:59 WIB

Kaum Muslim Tatar Boikot Referendum Krimea

Muslim Tatar Krimea
Foto: onislam.net
Muslim Tatar Krimea

REPUBLIKA.CO.ID, BAKCHYSARAY -- Elvira menyelipkan kertas suara dengan pilihan Krimea bergabung dengan Rusia ke dalam sebuah kotak tranparan. Elvira memasukkan kembali paspor Ukraina miliknya ke dalam tas, dengan keyakinan bahwa ia telah menggunakan paspor tersebut untuk terakhir kalinya.

Di Bakhchysaray, pusat kaum Muslim Tatar di Krimea, referendum yang diselenggarakan pada Minggu, hanya diikuti oleh warga berbahasa Rusia. Sedangkan kaum Muslim Tatar memilih untuk melakukan aksi boikot.

Elvira datang lebih awal ke tempat pemungutan suara bersama anak-anaknya dan berharap hasil referendum tersebut akan membuat hidup mereka menjadi lebih baik. "Kedua anak saya akan besar di Rusia dan itu hal yang bagus," kata Elvira sambil mengusap kepala putra dan putrinya.

"Mereka akan mendapatkan lebih banyak kesempatan, masa depan lebih baik. Rusia adalah negara kaya dan kuat. Ini adalah untuk terakhir kalinya saya menggunakan paspor Ukraina. Setidaknya itulah harapan saya," kata Elvira menambahkan.

Sebagian besar kaum Muslim Tatar yang berdomisili di kota berpenduduk 25 ribu jiwa itu memilih untuk tidak keluar rumah saat referendum yang berlangsung dalam cuaca dingin dan diguyur hujan. Pengalaman pahit saat diusir oleh Stalin pada 1944 tampaknya masih segar dalam ingatan mereka.

Karena itulah, sejak awal kaum Tatar terang-terangan menentang rencana Krimea bergabung dengan Rusia dan mengimbau agar referendum tersebut diboikot karena dianggap illegal oleh pemerintah Ukraina.

"Tentu saja kami tidak mau memberikan suara. Saya tidak akan pergi dan saya kira semua warga Tatar di Krimea juga tidak mau ikut referendum," kata Dilyara Seitvelieva yang mewakili komunitas tersebut di Bakhchysaray.

"Saya tidak butuh referendum. Saya tidak akan pergi untuk memberikan suara. Kehidupan saya disini sudah baik," kata Seitvelieva yang saat ditemui akan menjalankan sholat di Mesjid Mahmud Sami.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement