Senin 17 Mar 2014 07:53 WIB

Muslim Tatar Krimea Masih Terbayang Perlakuan Stalin

Rep: amri amrullah/ Red: Muhammad Hafil
Krimea
Foto: grid.al
Krimea

REPUBLIKA.CO.ID, BAKHCHYSARAY - Mayoritas penduduk Muslim Tatar di Bakhchysaray, Krimea, sebuah kota berpenduduk 25.000 Muslim Tartar memilih tinggal di rumah mereka pada hari referendum akhir pekan ini. Dilansir dari AFP, Ahad (16/3) mayoritas para Muslim Tatar masih dibayangi perlakuan kasar  era Sovyet pada 1944 oleh Joseph Stalin.

Karenanya,  mayoritas Muslim Tatar menentang wilayah Krimea menjadi bagian dari Rusia, dan mereka sejak awal menyerukan untuk memboikot referendum. "Tentu saja kita tidak akan memilih. Aku tidak akan pergi memilih di referendum dan saya pikir semua MuslimTatar Krimea tidak akan pergi baik," ujar Dilyara Seitvelieva, perwakilan masyarakat Muslim Tartar dalam Bakhchysara.

"Kami tidak butuh referendum ini, saya tidak akan pergi memilih di referendum. Hidup kami lebih baik seperti ini," ujar Mahmud Sami, ketika menuju sebuah Masjid untuk melaksanakan sholat Ashar. Sami merupakan Muslim Tartar yang pernah mengalami masa pahit di era Sovyet. 

Pemimpin Muslim Tartar Krimean Refat Chubarov mengecam hasil  referendum itu. Ia mengatakan kepada media "Kami, Muslim Tatar Krimea tidak pernah mendapat keuntungan, dan tidak pernah mengambil bagian dalam acara badut dan sirkus."

Warga penduduk Di Bakhchysaray mulai diingatkan untuk tidak lagi menggunakan paspor Ukraina setelah hasil referendum di seluruh Krimea memutuskan akan bergabung kembali bersama Rusia. Namun lebih dari 12 persen Muslim Tartar Krimea sejak awal sudah memutuskan tidak akan ikut serta dalam referendum tersebut. 

Hasil referendum yang dilakukan akhir pekan lalu mengungkapkan 95 persen dari 70 persen total penduduk Krimea yang ikut referendum memilih kembali bergabung ke Rusia dan mengalahkan sebagaian penduduk yang ingin ikut bersama Ukraina bergabung dalam koalisi Uni Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement