REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Badan amal The Salvation Army di Melbourne menyatakan, tingginya tagihan air merupakan masalah utama yang dialami penduduk berpenghasilan rendah. Pemerintah diminta menerapkan tagihan air yang lebih rendah mulai 1 Juli mendatang.
Dalam rancangan anggaran yang diajukan ke Pemerintah Negara Bagian Victoria, pihak Salvation Army menyebutkan terjadinya kenaikan harga tagihan air lebih 20 persen sejak tahun lalu, semakin menyulitkan kehidupan orang miskin yang ditangani badan amal ini.
Dijelaskan, orang kurang mampu di Melbourne begitu membayar sewa rumah dan biaya hidup sehari-hari, mereka langsung meminta bantuan ke Salvation Army untuk pembayaran biaya lainnya.
Tak seperti konsesi tagihan listrik dan gas, konsensi untuk tagihan air dibatasi hanya maksimal sekitar 283 dollar pertahun.
Dikatakan, sangat sedikit warga miskin ini yang mendapatkan konsesi penuh. Karena itu, menurut Jason Davies-Kildea dari Salvation Army, konsesi tagihan air seharusnya tidak dibatasi. "Seharusnya didasarkan atas persentase nilai tagihan, yakni diberi konsesi sekitar 35 persen dari tagihan," katanya, baru-baru ini.
Menteri Urusan Air Victoria Peter Walsh mengatakan pihaknya melihat masalah meningkatnya tagihan air ini dari sisi lain.
"Kami telah minta pihak PAM untuk meningkatkan laba sebagai bagian dari rencana korporat, sehingga kita bisa menurunkan tagihan air mulai 1 Juli mendatang," kata Walsh.
Menurut Davies-Kildea, Salvation Army kini mengalami peningkatan 11 persen jumlah orang miskin yang mencari bantuan di badan amal itu.