REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Intelejen dan Badan Penegak Hukum Amerika Serikat mengindikasikan hilangnya pesawat Malaysia Airline MH370 merupakan skenario terorisme. Namun, apa yang mereka temukan sebagai bukti, tidak mendukung proses pencarian karena ada upaya penolakan dari Pemerintah Malaysia.
“Kami tidak berhak megambil alih penyelidikan,” kata pejabat senior AS yang enggan disebut namanya demi proses penyelidikan yang tengah berlangsung, Senin (17/3).
Dia menambahkan, ada dua agend FBI di Kuala Lumpur, Malaysia. Investigasi di sana memperoleh petunjuk antara dua orang pilot dan 237 orang di dalam pesawat tersebut memiliki hubungan dengan kelompok militan yang punya motif membajak pesawat.
Beberapa hari setelah pesawat itu dinyatakan hilang Sabtu (8/3), pihaknya mengakses database intelejen untuk mencari informasi lebih lanjut. Namun, belum banyak yang bisa mereka lakukan untuk mengembangkan penyelidikan karena tidak ada permintaan dari Malaysia.
Dugaan sementara mereka yakni keterlibatan al- Qaeda Asia Tenggara, yang pernah merekrut pilot komersial di Malaysia untuk kecelakaan pesawat. Lalu, tindakan oleh anggota Cina minoritas Uighur, yang baru-baru ini menjadi lebih militan. Bisa juga karena serangan tunggal atau upaya bunuh diri.