REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro menanggapi langkah maskapai asing yang menunda penerbangan ke Caracas. Ia mengatakan maskapai yang mengurangi jumlah operasinya di Venezuela akan menghadapi tindakan yang berat.
"Perusahaan yang meninggalkan negara ini, tidak akan kembali lagi selama kami berkuasa," kata Maduro seperti dilansir BBC.
Selain itu, menurut pemerintah, kelompok sayap kanan yang didukung oleh AS telah menggerakan kerusuhan sebagai bagian dari plot kudeta.
Kontrol ketat atas pertukaran valuta asing pertama kali diberlakukan pada 2003, menyusul kerusuhan yang terjadi setelah presiden Hugo Chavez dikudeta. Pemerintah berharap dapat menghindari larinya modal, namun krisis ekonomi para tahun lalu menyebabkan kurangnya mata uang asing.
Dalam kisruh akhir-akhir ini, sebanyak 29 orang telah tewas dalam demonstrasi menentang tingginya inflasi, angka kriminalitas, dan kurangnya bahan pokok di Venezuela.
Bahkan, seorang kapten militer garda nasional Venezuela tewas setelah ditembak di kepala selama demonstrasi berlangsung.
Jenderal Padrino Lopez, kepala komando operasi strategis angkatan bersenjata mengatakan, kapten militer tersebut telah ditembak pada Ahad malam dalam barikade jalanan yang dilakukan oleh demonstran di pusat kota Maracay. "Dia menjadi korban dalam kekerasan teroris," kata Lopez di Twitter.
Ia pun menyerukan untuk segera mengakhiri konfrontasi. "Angkatan bersenjata kami tidak menekan aksi protes yang dilakukan secara damai, angkatan bersenjata kami justru melindungi mereka," tambahnya.
Militer mengatakan, korban tewas yang mencapai 29 orang ini disebabkan oleh bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan. Sedangkan, ratusan lainnya telah terluka, dan lebih dari 1.500 telah ditahan.
Sekitar 100 orang masih berada di dalam penjara, termasuk 12 aparat keamanan yang ditahan dengan tuduhan tindakan kriminalitas.