Selasa 18 Mar 2014 14:19 WIB

Juru Bicara: Pengawas Nuklir Tak Deteksi Ledakan Pesawat MH370

Pesawat Malaysian Airline
Foto: kyodo news
Pesawat Malaysian Airline

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pengawas nuklir dukungan PBB mengkonfirmasi lembaga itu tak mendeteksi ledakan atau kecelakaan yang berkaitan dengan hilangnya pesawat Malaysia Airlines, kata seorang juru bicara PBB kepada wartawa, Senin (17/3).

"Mengenai pesawat Malaysia Airlines yang hilang, Organisasi Kesepakatan Larangan-Uji-Coba-Nuklir Menyeluruh (CTBTO), yang berpusat di Wina, mengkonfirmasi pada akhir pekan tak ada ledakan atau kecelakaan pesawat di daerah atau laut yang sejauh ini telah dideteksi," kata Stephane Dujarric, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, dalam taklimat harian.

Pesawat Boeing 777-200 dengan Nomor Penerbangan MH370, dengan 239 penumpang dan anggota awak, hilang pada Sabtu (8/3) dalam penerbangan dari Kuala Lumpur, Malaysia, menuju Beijing, China. Pencarian pesawat yang hilang tersebut sekarang telah diperluas jauh ke Belahan Bumi Utara dan Selatan.

CTBTO, yang disahkan oleh Sidang Majelis Umum PBB pada 10 September 1996, adalah organisasi internasional yang dirancang untuk mendorong Kesepakatan Larangan-Uji-Coba-Nuklir Menyeluruh, yang melarang uji-coba peledakan senjata nuklir. Organisasi itu mengoperasikan sistem pemantauan di seluruh dunia guna memantau sinyal seismik dan akustik.

Oleh karena itu, kecelakaan pesawat, jika ada, mungkin terdeteksi oleh Sistem Pemantauan Internasional CTBTO, kata Dujarric, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang.

Juru bicara PBB tersebut menyatakan Sekretaris Pelaksana CTBTO, Lassina Zerbo, telah menyebut-nyebut kemungkinan itu, dan mengatakan ia akan mengoperasikan sensor organisasi tersebut.

"Ia juga mendorong semua ilmuwan dari negara anggota agar secara seksama mempelajari data yang tersedia," kata Dujarric.

Pada masa lalu, stasiun CTBTO telah mendeteksi beberapa kecelakaan pesawat, termasuknya jatuhnya satu pesawat di Bandar Udara Narita di Jepang pada Maret 2009.

sumber : Antara/Xinhua/Oana
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement