Rabu 19 Mar 2014 15:20 WIB

Muslim Tatar Diminta Kosongkan Wilayahnya

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fernan Rahadi
Orang-orang Muslim Tatar di Kazan Rusia.
Orang-orang Muslim Tatar di Kazan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, CRIMEA -- Pemerintah Crimea akan meminta Muslim Tatar mengosongkan wilayah tempat tinggal mereka saat ini, Rabu (19/3). Seorang pejabat dalam pemerintahan Crimea mengatakan muslim Tatar akan dipindahkan ke tempat baru namun masih di daerah Crimea.

Wakil Perdana Menteri pemerintahan Crimea Rustam Temirgaliyev mengatakan pada Selasa (18/3) waktu setempat, pemerintah baru Crimea ingin mengatur wilayah yang secara tidak resmi ditempati muslim Tatar Crimea setelah jatuhnya Uni Soviet.

''Kami telah meminta Tatar Crimea untuk mengosongkan bagian tanah mereka, ini akan digunakan untuk kebutuhan sosial,'' kata Temirgaliyev seperti dikutip dari RIA Novosti, The Moscow Times. Ia menambahkan, pemerintah siap mengalokasikan mereka ke wilayah lain dan melegalkannya. Hal ini dilakukan untuk menjamin kehidupan normal bagi Tatar Crimea.

Temirgaliyev juga menekankan bahwa anggota dari komunitas muslim Tatar bisa menempati posisi politik senior di pemerintahan baru, selepas Referendum menyatakan Crimea menjadi bagian dari Rusia. Langkah ini dilakukan untuk meredakan ketegangan etnis di wilayah tersebut.

''Saya berpikir Tatar Crimea akan terwakili di pemerintah dan parlemen,'' katanya.

Dalam sejarah, Muslim Tatar telah menempati Crimea sejak abad 15, namun komunitas etnis Turki ini dideportasi ke Asia Tengah oleh Joseph Stalin 70 tahun yang lalu. Namun ketika Uni Soviet runtuh, banyak dari anggota komunitas yang kembali ke tanah Crimea pada awal 1990-an.

Meski demikian mereka tidak mampu merebut kembali tanah mereka karena wilayah Crimea telah dipenuhi etnis Rusia. Banyak warga Tatar yang mengambil alih tanah dengan menjadi penghuni liar dengan membangun rumah, peternakan dan masjid. Jumlah Muslim Tatar mencakup sekitar 15 persen dari populasi Crimea.

Mereka menjadi pendukung setia pemerintah Kiev, Ukraina yang menggulingkan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych bulan lalu. Meski demikian, Temirgaliyev mengatakan hampir 30 persen dari Tatar Krimea mendukung reunifikasi dengan Rusia pada referendum hari Ahad (16/3) lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement