Kamis 20 Mar 2014 02:32 WIB

Pemanasan Global Bisa Turunkan Produksi Jagung dan Beras

Rep: Dwi Murdianingsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petani memanen jagung, di Desa Montok, Larangan, Pamekasan, Jatim.
Foto: Antara/Saiful Bahri
Petani memanen jagung, di Desa Montok, Larangan, Pamekasan, Jatim.

REPUBLIKA.CO.ID, Pemanasan global berpotensi menurunkan hasil panen tanaman pangan sebesar 2 persen setiap dekade. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Australia, Inggris dan Amerika mengatakan produksi jagung, beras dan gandum bisa berkurang karena perubahan iklim.

Kesimpulan diambil dari para peneliti setelah mereka menganalisa sekitar  1.700 data simulasi. Mereka menemukan produksi gandum jagung dan beras akan turun sebesar 2 persen dengan asumsi kenaikan suhu sebesar 2 derajat Celcius pada tahun 2050 .

Beberapa tanaman di daerah tropis bahkan  diprediksi mengalami penurunan 40 persen jika kenaikan suhu mencapai 5 derajat Celsius.

Hasil panen di daerah tropis kemungkinan lebih rendah dibandingkan di daerah yang beriklim sedang. Selain menurunkan produksi pangan, pemanasan global juga berpotensi  membahayakan keamanan pangan, kecuali jika ada upanya mengurangi emisi karbon dioksida.

Mark Howden, salah satu peneliti ini mengatakan alam beberapa dekade mendatang, pengurangan hasil panen bakal lebih terasa secara signifikan. "Jagung adalah yang paling sensitif , tetapi juga tanaman tumbuh di lingkungan tropis seperti gandum dan beras," katanya, kepada Guardian.

Secara umum, negara-negara di dunia telah menyepakati target pengurangan emisi karbon. Kenaikan suhu di tingkat pra industri disepakati sebesar 2 derajat Celsius. Meskipun begitu, peneliti sudah mewanti-wanti potensi kenaikan suhu bisa mencapai 4 atau 5 C jika emisi karbon dioksida tidak dipotong secara drastis. Hal ini, kata dia perlu diwaspadai terutama di negara-negara yang cukup signifikan mengalami perubahan iklim.

Di Australia misalnya, kurangnya curah hujan akan menjadi masalah terbesar bagi daerah pertanian. Iklim kering dan cuaca panas bisa menyebabkan produksi pangan yang lebih rendah. Namun, ia menyebutkan masih ada yang bisa dilakukan untuk mencegah hal ini.

Peningkatan produksi bisa diupayakan dengan mengubah masa tanam dan pola irigasi. Upaya ini diyakini bisa menghasilkan peningkatan produksi hingga 10-15 persen. Namun, dengan peningkatan konsumsi dan pertumbuhan penduduk, produksi pangan seharusnya bisa ditingkatkan hingga 14 persen tiap dekade.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement