Kamis 20 Mar 2014 06:00 WIB

Pakar: Pilot MH370 Adalah Pahlawan

Rep: C69/ Red: A.Syalaby Ichsan
Malaysia Airlines
Malaysia Airlines

REPUBLIKA.CO.ID, Teori baru muncul dalam kisruh hilangnya pesawat MH370. Seorang pakar penerbangan berpendapat, pesawat berisikan 239 jiwa itu kemungkinan tidak dibajak.

Billie Vincent, mantan Kepala Keamanan di Federal Aviation Authorithy (FAA) dan seorang saksi kunci di peristiwa pemboman Lockerbie, mengaku tak percaya jika pesawat yang masih hilang itu dialihkan dengan sengaja usai pilotnya mematikan sistem komunikasi.

"Sebaliknya, bukannya dibajak, tapi awak pesawat justru bersikap heroik menyelamatkan pesawat, penumpang, dan diri mereka ketika bencana terjadi," ujar Billi Vincent dikutip dari The Telegraph.

Mantan pengendali ATC (Air Traffic Control) mempercayai bahwa MH370 telah mengalami musibah tragis. Menurutnya, kabin dipenuhi oleh asap atau uap berbahaya tidak lama setelah pilot membuat kontak terakhir dengan pusat kontrol. Kontak itu terjadi pada Sabtu (8/3) pukul 01.19 dini hari.

Vincent yang membantu mendesain sistem keamanan Bandara Internasional Kuala Lumpur mengatakan asap bisa disebabkan oleh korseleting listrik atau bom kecil yang diledakkan untuk menghancurkan pesawat. Hanya, Vincent menambahkan, tidak mungkin kalau disebabkan bom, karena tidak ada kelompok yang mengambil alih pesawat usai serangan itu.

"Api di dalam pesawat dapat mematikan transponder pesawat dan ACARS," katanya.  Vincent mengatakan mematikan ACARS dengan sengaja akan memerlukan proses yang rumit. Menurutnya, hal itu di luar pelatihan yang didapatkan pilot.

Api itu juga dapat menimbulkan bagian kabin dan kokpit dipenuhi asap. Kru pesawat yang sadar dengan kejadian itu kemudian membalikkan arah ke barat menuju Langkawi, kepulauan di pantai barat Malaysia. "Hal itu dapat menjelaskan mengapa pesawat menjauhi rute yang biasanya ditempuh menuju Beijing," ujar Vincent.

Dia menjelaskan, teori adanya asap  juga dapat menjelaskan mengapa pesawat naik ke ketinggian 45.000 kaki dan kemudian jatuh dengan tajam ke ketinggian 23.000.

"Dugaan saya adalah bahwa dalam kondisi menghebohkan awak pesawat tetap mengoprasikan instrumen kendali. Saat itu kokpit penuh dengan asap, Anda bahkan tidak bisa melihat instrumen," kata Vincent.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement