REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Netanyahu dan Menteri Pertahanan Moshe Ya'alon telah memerintahkan militer untuk melanjutkan persiapan bagi kemungkinan serangan terhadap instalasi nuklir Iran selama 2014, kata harian Israel Ha'aretz, Rabu (19/3).
Menurut laporan tersebut, Pasukan Pertahanan Isral mengalokasikan sebanyak 12 miliar NIS (3,5 miliar dolar AS), hampir seperlima dari anggaran negara itu tahun ini, bagi persiapan untuk serangan sepihak yang mungkin dilancarkan terhadap Iran, jumlah yang kurang-lebih sama dengan yang ditanam tahun lalu.
Jumlah tersebut disampaikan oleh para perwira senior yang memberi penjelasan kepada Komite Gabungan pada Januari dan Februari mengenai rencana militer, kata beberapa anggota parlemen yang berbicara kepada Ha'aretz tapi tak ingin disebutkan jati diri mereka.
Mereka mengatakan beberapa rekan mereka yang menghadiri pertemuan tersebut bertanya kepada perwira itu apakah dibenarkan untuk terus mengalirkan miliaran shekel ke dalam persiapan untuk menyerang Iran. Mereka mengutip kesepakatan nuklir sementara yang ditandatangani antara Iran dan enam negara besar dunia pada November lalu dan perundingan yang kini berlangsung dengan tujuan mencapai kesepakatan akhir.
Perwira tersebut menjawab militer telah menerima "instruksi jelas" dari eselon politik untuk melanjutkan pelatihan bagi kemungkinan serangan sepihak, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis siang. Itu berarti Netanyahu dan Ya'alon.
Instruksi itu tak mempedulikan upaya diplomatik untuk menyelesaikan masalah Iran secara damai, kata laporan Ha'aretz.
Babak kedua pembicaraan nuklir diluncurkan di Wina, Austria, pada Selasa (18/3), dengan dihadiri Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammed Zarif.
Sementara itu militer dan kantor Netanyahu tak bersedia menjawab permintaan komentar dari Ha'aretz.