REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH-- Presiden Palestina Mahmud Abbas menuntut dalam pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama bahwa Israel membebaskan tahanan penting Palestina, termasuk Marwan Barghuti, kata seorang pejabat Palestina, Kamis.
Awal bulan ini, Abbas mengatakan rakyat Palestina tidak akan setuju untuk memperpanjang perundingan perdamaian dengan Israel melampaui batas waktu 29 April tanpa Israel melepaskan lebih banyak
tahanan tahap keempat dan terakhir yang direncanakan akhir bulan ini.
Selama pertemuannya dengan Obama di Washington pada Senin, "Presiden Abbas menuntut pembebasan beberapa tahanan dan pemimpin Palestina yang dipenjarakan di Israel, seperti Saadat dan Barghuti serta Shubaki," kata manajer Perhimpunan Tahanan Palestina, Abdulal al-Anani kepada radio resmi Voice of Palestina.
Dia merujuk Pemimpin Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) Ahmad Saadat, mantan pejabat keuangan Organisasi Pembebasan Palestina Fuad Shubaki dan Marwan Barghuti, salah satu arsitek utama intifada 2000. Juga pada Kamis, delegasi parlemen Uni Eropa mendesak Israel untuk melepaskan para tahanan jangka panjang Palestina, dan mengatakan itu penting untuk menggerakkan proses perundingan Timur Tengah yang rapuh lebih maju.
"Kami percaya bahwa pembebasan tahanan merupakan proses pusat perdamaian," kata Emer Costello, yang memimpin delegasi Uni Eropa dalam misi pencari fakta tiga hari pada tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Kunjungan empat anggota parlemen Uni Eropa ini terjadi pa saat Israel sedang mempertimbangkan apakah ya atau tidak untuk membebakan kelompok akhir tahanan Palestina jangka panjang di bawah komitmen untuk pembicaraan damai yang ditengahi AS.
Israel setuju untuk membebaskan total 104 tahanan ketika pembicaraan mulai dilakukan - oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry dimulai pada Juli. Pihaknya telah membebaskan 78 tahanan sejauh ini, tetapi menteri Israel telah memperingatkan bahwa jika Palestina tidak setuju untuk memperpanjang pembicaraan melampaui batas waktu 29 April, mereka tidak akan melepaskan narapidana yang tersisa sesuai jadwal pada 29 Maret.
"Kita tentu berharap bahwa mereka membebaskan tahanan akan berlanjut dan akan terjadi. Adalah penting karena ada orang-orang dalam tahanan yang sebenarnya pra-Oslo," kata Costello, mengacu pada narapidana yang seharusnya akan dirilis di bawah kesepakatan damai Oslo 1993.
Costello mengatakan Israel telah melarang delegasi mengunjungi penjara, membatasi perjalanan ke pertemuan dengan anggota parlemen Israel dan kelompok hak asasi lokal. Israel menahan lebih dari 5.000 warga Palestina di penjara-penjaranya, sebagian besar dari mereka dengan alasan keamanan. Sekitar 150 di antaranya diselenggarakan di bawah penahanan administratif, tanpa tuduhan atau pengadilan, dan 150 lainnya adalah anak di bawah umur.
Pembebasan 78 tahanan Palestina jangka panjang sejak Juli telah disambut oleh Abbas dan masyarakat, terutama keluarga para narapidana, yang melihat mereka sebagai interniran politik. Tetapi itu telah membuat marah keluarga-keluarga Israel, yang keluarganya tewas di tangan beberapa orang yang dibebaskan.