REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Sebanyak 6,3 juta orang Kamboja, atau 42 persen dari seluruh penduduk negeri itu, tak memiliki akses ke air aman, kata Dana Anak PBB (UNICEF) di dalam satu pernyataan untuk memperingati Hari Air Dunia pada Jumat (21/3).
"Sebanyak 3,9 juta orang yang tak memiliki akses ke air minum yang aman di Kamboja adalah orang miskin dan tinggal di daerah pedesaan," kata pernyataan UNICEF.
"Tanpa air yang aman dan kebersihan yang memadai dan kesehatan, anak-anak --yang merupakan 41 persen jumlah penduduk-- sangat rentan terhadap penyakit yang disebarkan oleh air."
Itu harus ditebus dengan uang dan nyawa. Di Kamboja, kata pernyataan tersebut, diare adalah penyebab utama kedua kematian di kalangan anak-anak yang berusia di bawah lima tahun, sementara kekurangan mineral dan vitamin karena diare mengakibatkan kerugian tahunan sebanyak 146 juta dolar AS bagi produk domestik kotor Kamboja.
UNICEF menyatakan penaaman modal dan komitmen yang meningkat dalam meningkatkan kualitas air pedesaan bukan hanya akan menjamin bahwa setiap orang memiliki air dan kebersihan sebagai hak asasi manusia, tapi juga membantu mempercepat pembanguban ekonomi dan sosial di Kamboja.
Guna meningkatkan hasil kesehatan di Kamboja, berbagai lembaga masyarakat dan rumah tangga harus memiliki akses ke kebersihan dan air yang aman. Sebanyak 40 persen sekolah dasar dan 35 persen pusat kesehatan tak memiliki instalasi air minum yang aman.
Untuk merayakan Hari Air Dunia di Kamboja, tim komedia rakyat Kamboja, Perkmy, dijadwalkan menjadi pembawa acara selama satu jam di Jaringan Televisi Kamboja pada Sabtu malam guna menyoroti pentingnya air aman dan menampilkan cara mencegah diare, kata UNICEF.