Sabtu 22 Mar 2014 13:56 WIB

Sanksi AS Bikin Pasar Modal Rusia Negatif

Rep: Friska Yolandha/ Red: Fernan Rahadi
Russian President Vladimir Putin addresses the Federal Assembly, including State Duma deputies, members of the Federation Council, regional governors and civil society representatives, at the Kremlin in Moscow, March 18, 2014.
Foto: Reuters/Maxim Shemetov
Russian President Vladimir Putin addresses the Federal Assembly, including State Duma deputies, members of the Federation Council, regional governors and civil society representatives, at the Kremlin in Moscow, March 18, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Saham Rusia turun tajam karena kekhawatiran investor terhadap sanksi Amerika Serikat terhadap keputusan Presiden Vladimir Putin atas Crimea. AS juga telah menjatuhkan sanksi individu, termasuk kepada bankir Kremlin, Yuri Kovalchuk, yang merupakan pemegang saham Bank Rossiya.

Indeks MICEX anjlok tiga persen ke 1.281 sementara Indeks RTS melemah 3,6 persen ke 1.109. Anjloknya saham di Rusia terjadi sehari setelah Presiden AS Barack Obama yang mempertimbangkan sanksi terhadap sektor ekonomi utama di Rusia, termasuk jasa keuangan, minyak dan gas (migas), pertambangan dan industri pertahanan.

Obama dinilai telah membuka 'kotak pandora' yang penuh dengan sanksi untuk seluruh sektor ekonomi Rusia. AS juga telah membekukan aset dan larangan visa terhadap pejabat tinggi Rusia yang dinilai sebagai 'kroni' Putin.

Bank Rossiya, sebuah bank di St Petersburg juga masuk dalam daftar hitam sanksi AS. Bank tersebut akan dibekukan untuk transaksi dolar AS. Bank terbesar ke-15 di Rusia ini diberi sanksi karena dianggap sebagai bank pribadi bagi pejabat senior Federasi Rusia.

Visa dan Mastercard telah menghentikan penyediaan layanan untuk transaksi pembayaran bagi bank tersebut.

Meskipun Bank Rossiya tidak terdaftar di bursa Rusia, sanksi yang diberikan kepada bank ini menimbulkan kekhawatiran serupa terhadap bank lain di Rusia. Saham bank terbesar di Rusia, Sberbank, anjlok 2,9 persen pada perdagangan Jumat (21/3).

Bank sentral Rusia meyakinkan daftar hitam yang diberikan kepada Rossyia tersebut tidak memiliki dampak khusus terhadap stabilitas keuangan perbankan. "Namun pemerintah dapat mengambil langkah yang diperlukan untuk mendukung pemberi pinjaman demi kepentingan deposan dan kreditur," tulis pernyataan bank sentral Rusia, seperti dilansir The Irish Times, Sabtu (22/3).

Presiden Putin sempat membuat lelucon tentang sanksi yang diberikan kepada sejumlah pejabat dan anggota parlemen. Ia mengatakan tidak melihat adanya kebutuhan mendesak untuk melakukan pembalasan terkait sanksi tersebut. Ia juga dengan santainya menyatakan akan membuka rekening di bank yang ditarget sanksi oleh AS.

Putin sendiri telah menandatangani undang-undang pengambilalihan Crimea oleh Rusia dari Ukraina. Majelis tinggi moskow secara penuh menyetujui perjanjian penggabungan Crimea ke dalam Federasi Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement