Ahad 23 Mar 2014 21:46 WIB

Empat Tewas dalam Aksi Kekerasan di Ibu Kota Afrika Tengah

Pasukan internasional asal Kongo sedang berjaga-jaga di jalanan Bangui, Republika Afrika Tengah, yang sedang berkecamuk.
Foto: EPA/Legnan Koula
Pasukan internasional asal Kongo sedang berjaga-jaga di jalanan Bangui, Republika Afrika Tengah, yang sedang berkecamuk.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI -- Sedikitnya empat orang tewas dalam bentrokan antara kelompok bersenjata dan pasukan penjaga perdamaian internasional di ibu kota negara yang dikoyak perselisihan, Republik Afrika Tengah, kata seorang pejabat militer, Minggu.

Sementara itu tujuh orang terluka ketika bentrokan meletus Sabtu di distrik PK - 5, Bangui, antara kelompok milisi Kristen dan Muslim, kata seorang perwira di Pasukan militer Uni Afrika yang dikenal sebagai MISCA.

"Bentrokan itu meletus di beberapa tempat sekaligus, menyebabkan pasukan internasional campur tangan untuk menghentikan pertikaian," kata petugas itu.

Sebuah sumber militer Perancis mengonfirmasi aksi kekerasan itu, dengan mengatakan, "Prajurit kami diserang dan melawan balik".

Bisnis di distrik PK - 5 Bangui yang mayoritas Muslim selama beberapa pekan terakhir telah menjadi target para penjarah dan milisi Kristen yang dikenal sebagai "anti-Balaka".

Republik Afrika Tengah telah jatuh ke dalam kekacauan sejak kudeta pada Maret 2013 untuk menggulingkan Presiden Francois Bozize, yang memicu siklus serangan balas dendam antara minoritas Muslim dan mayoritas Kristen.

Aksi kekerasan telah menewaskan ribuan orang dan membuat sekitar seperempat dari 4,6 juta orang warga negara miskin itu mengungsi. PBB tengah menyelidiki dugaan terjadinya genosida.

Kepala Hak Asasi Manusia PBB pada Kamis mengemukakan kengeriannya sehubungan dengan tingkat kekerasan di Republik Afrika Tengah, mengutip aksi kanibalisme, pemenggalan anak dan penggantungan sadis.

Pasukan Perancis pada Kamis melaporkan bentrokan dengan anggota anti-Balaka di Bangui dan di jalur utama yang menghubungkan ibukota ke perbatasan dengan Kamerun.

Kolonel Gilles Jaron mengatakan kelompok gerilyawan lokal telah bersikap makin keras dalam beberapa pekan terakhir, "yang mungkin tercermin pada dampaknya pada pasukan penjaga perdamaian Perancis dan MISCA di daerah di mana mereka ditempatkan".

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement