Senin 24 Mar 2014 07:45 WIB

Satu Orang Tewas Dalam Bentrokan di Beirut

 Polisi Lebanon berusaha memadamkan mobil yang terbakar,  akibat ledakan bom dekat Kedutaan Besar Iran  di Beirut, Lebanon, Selasa (19/11).   (AP/Hussein Malla)
Polisi Lebanon berusaha memadamkan mobil yang terbakar, akibat ledakan bom dekat Kedutaan Besar Iran di Beirut, Lebanon, Selasa (19/11). (AP/Hussein Malla)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Satu orang tewas dan 10 lain cedera dalam bentrokan Minggu di Beirut selatan, Lebanon, antara pendukung dan penentang Presiden Suriah Bashar al-Assad, kata beberapa sumber keamanan.

Bentrokan itu meletus menjelang fajar antara orang-orang yang setia pada Shaker Barjawi, kelompok yang mendukung Assad dari kubu Alawite, dan militan Sunni yang mendukung pemberontakan tiga tahun terhadap kekuasaan presiden Suriah tersebut.

Penduduk mendengar suara tembakan senapan dan ledakan keras yang berasal dari daerah Al-Gharbi di Beirut selatan, dimana Barjawi memiliki sebuah kantor.

Sumber-sumber keamanan mengidentifikasi korban tewas sebagai Nabil Hannash. Sejumlah orang lain, termasuk warga sipil, cedera dalam bentrokan itu, kata mereka. Pasukan militer kemudian ditempatkan di daerah tersebut dan bentrokan tampaknya mereda.

Bentrokan di Beirut itu terjadi setelah satu pekan kekerasan di kota Tripoli, Lebanon utara, dimana 27 orang tewas dalam bentrokan-bentrokan antara pendukung dan penentang Assad.

Ketegangan meningkat di Lebanon terkait konflik Suriah, setelah kelompok Hizbullah mengumumkan dukungannya dan mengirim pasukan untuk membantu Presiden Bashar al-Assad menumpas pemberontak Suriah.

Meski Lebanon secara resmi netral dalam perang di Suriah, negara itu terpecah antara pendukung Assad dan pendukung pemberontak Suriah.

Damaskus mendominasi Lebanon secara militer dan politik selama hampir 30 tahun hingga 2005.

Pada 18 Agustus 2013 lima roket mendarat di dan sekitar kota Hermel, sebuah pangkalan Hizbullah di Lebanon timur.

Hermel dan daerah-daerah lain di Lebanon timur, yang menjadi pangkalan kelompok Syiah Lebanon Hizbullah, diserang sejumlah roket dari Suriah dalam beberapa bulan ini.

Serangan roket terakhir itu terjadi tiga hari setelah ledakan bom mobil di pangkalan Hizbullah di Beirut selatan menewaskan 27 orang.

Menurut laporan Reuters, sebuah kelompok Sunni yang menamakan diri Brigade Aisha mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom pada 15 Agustus itu dan berjanji melancarkan operasi lebih lanjut terhadap Hizbullah.

Penduduk di Beirut selatan mengatakan bahwa Hizbullah, kelompok pejuang yang didukung Iran dan Suriah, siaga tinggi dan meningkatkan pengamanan di daerah itu setelah peringatan dari pemberontak Suriah mengenai kemungkinan pembalasan karena dukungan mereka bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Kekerasan sektarian yang disulut oleh konflik Suriah juga terjadi di Lembah Bekaa dan kota-kota Laut Tengah, Tripoli dan Sidon, yang mencerminkan bahwa ketegangan sektarian baru menyebar di Timur Tengah.

Muslim Sunni di Lebanon mendukung pemberontak di Suriah, sementara penduduk Syiah mendukung Assad, bagian dari minoritas Alawite, cabang dari Syiah.

Pemimpin Hizbullah Nasrallah telah berjanji, kelompoknya akan terus berperang membela Assad setelah mereka memelopori perebutan kembali kota strategis Qusair pada Juni.

Pada Oktober 2012, bom mobil di bagian timur Beirut menewaskan seorang pejabat intelijen senior Wissam al-Hassan, yang memiliki kedekatan dengan partai oposisi utama Sunni Lebanon yang mendukung pemberontak di Suriah.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement