REPUBLIKA.CO.ID, CRIMEA -- Presiden Sementara Ukraina Olexander Turchynov mengatakan Ia telah memerintahkan pasukan bersenjatanya mundur dari Crimea, Senin (24/3). Keputusan ini diambil karena Rusia terus mengganggu kehidupan para staf militer dan keluarga mereka.
"Dewan keamanan dan pertahanan nasional telah mencapai keputusan di bawah instruksi dari kementrian pertahanan. Ukraina akan melakukan pemindahan unit militer di Crimea," kata Turchynov seperti dilansir dari BBC. Ia mengatakan menteri memiliki instruksi untuk menempatkan kembali keluarga tentara dan lainnya di tempat layak.
Saat ini, mereka terpaksa meninggalkan rumah karena tekanan dan agresi dari pasukan Rusia. Pernyataan ini dikeluarkan tak lama setelah pasukan Rusia menyerang pangkalan angkatan laut Feodosia yang merupakan okupasi ketiga dalam 48 jam terakhir.
Pasukan Rusia kembali menyerang basis laut militer Ukraina di Crimea, Senin (24/3) waktu setempat. Tentara Ukraina di dalam basis pangkalan mengatakan pasukan Rusia memasuki pusat kota pelabuhan Feodosia Crimea menggunakan granat dan senjata otomatis dan memusatkan serangan di sana.
Mereka memaksa menduduki basis laut Ukraina tersebut, yang merupakan simbol perlawanan terakhir yang tersisa setelah Moskow 'berkuasa' di semenanjung Crimea. Perwira militer Ukraina, Lettu Anatoly Mozgovoy mengatakan kepada Reuters melalui sambungan telepon pada Senin bahwa Rusia telah melakukan aksi tembakan sementara tentara Ukraina tidak bersenjata.
Ketika ditanya apakah basis pangkalan telah diambil alih, ia membenarkannya. "Ya," katanya. Aksi penyerbuan ini mirip dengan penyerbuan di Belbek Sabtu lalu. Pasukan menyerang menggunakan granat setrum dan juga menembakkan senjata otomatis.
"Area penuh dengan tentara Rusia," kata Vladislav Seleznyov, juru bicara militer Ukraina di Crimea. Ia mengatakan semua pasukan Ukraina dibawa oleh pasukan Rusia dari basis pangkalan ke lokasi lain yang tidak disebutkan.
Pada serangan yang dilakukan Sabtu, pasukan Rusia menggunakan kendaraan lapis baja, senjata otomatis dan granat untuk mengambil pangkalan udara Ukraina di Belbek. Pasukan Ukraina juga terpaksa meninggalkan pangkalan angkatan laut setelah terjadi demonstrasi pro Rusia dan menyerahkan dua kapal andalannya untuk pasukan Rusia.
Awal bulan ini, Rusia resmi merebut Crimea berdasarkan referendum yang menginginkan masyarakat Crimea bergabung dengan Rusia. Meski demikian, Amerika dan Uni Eropa tetap tidak menganggap hasil referendum tersebut. Mereka menganggapnya illegal dan melanggar hukum internasional.
Meski basis pangkalan laut dan wilayah pelabuhan Feodosia, Crimea telah dicaplok pasukan Rusia, para marinir Ukraina di sana belum dikatakan menyerah, Senin (24/3). Mereka melakukan negosiasi dengan pasukan Rusia untuk tidak menguasai seluruh isi pangkalan.
Di Feodosia, para marinir Ukraina terlihat memuat tiga truk dengan senjata mesin berkaliber tinggi dan peti-peti kayu. Mereka mempertahankan persenjataan dan amunisi Ukraina. Pasukan dari batalion Ukraina, diperkirakan berjumlah 750 orang menolak berkomentar tentang isi perjanjian negosiasi dengan pasukan Rusia.
Namun mereka mengatakan mereka tidak akan mau mundur dan pergi tanpa senjata dan perlengkapan mereka. ''Masalah ini sedang dinegosiasikan di tingkat atas. Para personil tidak memiliki alasan untuk meninggalkan kendaraan, peralatan dan persenjataan. Kami adalah tentara dan kami bertanggung jawab untuk itu,'' kata Kapten Oleksandr Lantuh yang berada di pangkalan kepada Reuters.
Ia mengatakan minggu-minggu selanjutnya batalion akan dipindah ke daratan. Menteri Pertahanan Ukraina Ihor Tenyukh mengatakan pada Ahad bahwa pasukan di Crimea siap untuk pindah ke daratan tapi tidak ada keputusan resmi yang telah dibuat.
Para marinir Feodosia ini memutuskan untuk keluar dari basis pangkalan di bawah bendera mereka sendiri.