Selasa 25 Mar 2014 00:38 WIB

20 Prajurit Yaman Tewas Dalam Sebuah Serangan

Serangan bersenjata/ilustrasi
Foto: ist
Serangan bersenjata/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Dua-puluh prajurit Yaman tewas dalam serangan terhadap sebuah pos pemeriksaan militer di provinsi wilayah timur, Hadramout, kata Kantor Berita Saba, Senin (24/3).

Seorang pejabat setempat mengatakan kepada Reuters, militan Al Qaida mungkin sekali mendalangi serangan itu.

Sebagian besar prajurit di pos pemeriksaan itu, yang terletak di daerah Raida, sebelah timur al-Mukalla, ibu kota provinsi Hadramout, sedang tidur ketika serangan itu dilakukan.Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Tidak jelas berapa banyak prajurit yang menjaga pos pemeriksaan tersebut pada saat itu atau apakah ada yang selamat. Serangan besar terakhir yang dilakukan militan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) terjadi pada Februari di penjara pusat di ibu kota Yaman, Sanaa, ketika orang-orang bersenjata membunuh 12 prajurit.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh. Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi. Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement