REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Satu polisi tewas dan delapan orang yang terdiri dari anggota kepolisian dan warga sipil cedera dalam serangan bom di Kolombia baratdaya yang diduga dilakukan oleh pemberontak kiri, kata sejumlah sumber, Senin (24/3).
Ketika polisi pulang setelah datang untuk menanggapi laporan bentrokan pada Minggu malam di kota Guapi, mereka diserang ledakan di daerah pingiran kota itu, kata sumber-sumber itu.
Polisi mengatakan, metode serangan menunjukkan bahwa aksi itu dilakukan oleh pemberontak FARC. Serangan itu menewaskan satu polisi patroli dan mencederai dua polisi lain serta enam warga sipil.
Selama lebih dari setahun, pemerintah Presiden Juan Manuel Santos dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melakukan perundingan perdamaian di Kuba dengan tujuan mengakhiri konflik terlama Amerika Latin itu.
Dari lima poin agenda, kedua pihak sejauh ini baru mencapai dua kesepakatan -- reformasi tanah dan keikutsertaan kelompok pemberontak itu dalam politik jika mereka mengakiri perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.
Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak. FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.