Selasa 25 Mar 2014 12:05 WIB

MH370 Mungkin Mengalami 'Penerbangan Hantu'

Rep: Nur Hasan Murtiaji/ Red: Nidia Zuraya
Malaysia Airlines
Malaysia Airlines

REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES -- Serpihan pesawat Malaysia Airlines MH370 akhirnya ditemukan di bagian selatan wilayah Samudra Hindia, sekitar 2.500 kilometer barat daya Kota Perth, Australia. Jika ditarik garis lurus dari titik terakhir hilang kontak dengan radar sipil, MH370 menempuh jarak sekitar 7.000 kilometer.

Bagaimana ini bisa terjadi? Profesor Jason Middleton dari Sekolah Penerbangan Universitas New South Wales memperkirakan pesawat Boeing 777-200ER itu mengalami 'penerbangan hantu', istilah bagi pesawat yang terbang tanpa kendali dari pilot karena sang pilot dan krunya maupun penumpang saat itu sudah tak sadarkan diri.

Di antara penyebab kru dan penumpang pesawat tak sadarkan diri karena adanya kegagalan mekanis yang menyebabkan tekanan di dalam kabin turun drastis. Kegagalan mekanis ini sempat diantisipasi pilot dengan berputar arah dari tujuan semula menuju Beijing, Tiongkok, berbalik ke arah barat dan akhirnya pesawat melaju ke selatan Samudra Hindia. Walau akhirnya pilot pun tak sadar sehingga pesawat terus melaju tanpa kendali dari pilot atau kopilot.

Pakar penerbangan itu mengungkapkan, beberapa pesawat modern generasi terbaru mampu terbang sendiri di ketinggian jelajah (cruise) 10 kilometer kendati bahan bakar terkuras habis. "Pesawat itu bahkan bisa menempuh jarak 100 kilometer tanpa bahan bakar atau pilot dalam keadaan tak sadar di atas Samudra Hindia," kata Profesor Middleton, seperti dikutip Sydney Morning Herald.

MH370 mampu terbang hingga 8.000 kilometer jika tangki bahan bakar diisi penuh. Dalam skenario 'penerbangan hantu' ini, seberapa jauh pesawat terbang tanpa bahan bakar juga sangat dipengaruhi kondisi angin dan cuaca di atas Samudra Hindia. Hingga kemudian pesawat terjun ke lautan ganas di wilayah selatan Samudra Hindia itu dan pecah berkeping-keping.

Fairfax Media melaporkan, teori yang banyak didukung pilot profesional itu juga menyebutkan, sistem komunikasi terputus akibat kegagalan mekanis pesawat. Hal ini menyebabkan terjadinya dekompresi secara lambat atau cepat sehingga awak pesawat tak mampu melakukan pendaratan darurat. Pilot sebenarnya hanya membutuhkan beberapa menit untuk menurunkan ketinggian di bawah 4.000 meter sebelum penumpang dan kru mengalami disorientasi, kemudian tak sadarkan diri, dan akhirnya meninggal di dalam pesawat saat masih di udara.

Pada 1999, pesawat jet Lear yang membawa pegolf profesional Payne Stewart terbang selama beberapa jam dengan kru dan penumpang dalam keadaan tak sadar, sebelum kemudian pesawat itu kehabisan bahan bakar dan jatuh di sebuah lapangan di South Dakota.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement