Selasa 25 Mar 2014 16:43 WIB

Innalillahi, Gerbang Rafah Ditutup, Seorang Bayi Palestina Meninggal

Rep: Hannan Putra/ Red: Bilal Ramadhan
Gerbang Rafah
Foto: info palestina
Gerbang Rafah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA-- Akibat blokade yang dilakukan oleh pemerintah Israel selama 7 tahun terakhir, krisis kemanusiaan berkepanjangan terus melanda warga Palestina. Ditambah lagi dengan ditutupnya akses perbatasan Rafah yang menghubungkan antara Gaza dan Mesir. Hal ini semakin membuat warga Gaza morat-marit.

Seperti dilaporkan Koordinator PPPA Daarul Qur’an di Gaza, Abdillah Onim, seorang bayi yang masih berusia 3 bulan menjadi korban akibat susahnya akses kesehatan keluar Gaza. Bagi bernama Ahmad Omar Abo Nahl mengalami pembengkakan hati dan liver hingga kejang-kejang.

RS Syifa Gaza City, hanya sanggup memberinya bantuan pernafasan Oksigen, karena minimnya alat kesehatan yang tersedia. Satu-satunya solusi hanya dengan merujuk Ahmad musti ke Rumah Sakit di Mesir atau Yordania. Namun di Rafah, otoritas Mesir tidak membukakan jalan perbatasan.

Pihak medis mencoba balik arah dengan melewati pintu perbatasan penyeberangan Erez (pintu penyebrangan antara Gaza dan israel). Akan tetapi pihak israel tidak mengijinkan Ahmad untuk berobat ke Tepi Barat. Akhirnya, Ahmad Omar meninggal dengan wajah pucat membiru dalam gendongan ayahnya dan hujan tangis ibunya.

“Saya ingin agar seluruh negara Arab mengetahui, jika mereka tidak mau tahu maka Allah swt maha mengetahui. saya ingin agar dunia tahu tentang kematian Ahmad dan balita-balita lainnya yang tewas di Rumah Sakit akibat tidak dapat di rujuk ke Rumah Sakit di luar Gaza, dimana tanggung jawab dunia Internasional. Jika kalian tidak beragama maka minimal kalian memiliki rasa persaudaraan dan peduli atas kemusiaan, jika kalian tidak peduli akan urusan negara Arab maka minimal kalian peduli akan kemanusiaan” ujar ayah Ahmad sambil menggendong mayat anaknya.

Blokade terhadap kota Gaza telah menimbulkan krisis kemanusiaan di kota berpenduduk lebih dari 1,7 juta jiwa tersebut. Masyarakat Gaza harus terbiasa menjalani hidup tanpa listrik (karena listrik di pasok oleh zionis israel dan di pasok oleh pihak Mesir, sekarang sudah di stop pasokan listrik), kelangkaan bahan bakar minyak yang memaksa para sopir menjadi pengangguran, serta para pegawai sipil hanya menerima gaji sekali dalam empat  bulan itupun hanya separuh gaji.

Selama ini gerbang Rafah menjadi pintu masuk bantuan ke Gaza dari masyarakat muslim seluruh dunia. Namun, sejak pintu perbatasan ditutup oleh pemerintah Mesir, praktis bantuan dari luar Gaza tidak masuk. Rombongan PPPA Daarul Qur’an yang ingin masuk ke Kota Gaza dalam rangka membawa bantuan sekaligus melihat proses pembangunan rumah tahfidz terpaksa balik badan karena pintu perbatasan yang ditutup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement