Rabu 26 Mar 2014 10:20 WIB

Pidato Mansour di KTT Arab Fokus pada Terorisme

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Adly Mansour
Foto: .irishexaminer.com
Adly Mansour

REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Dalam pidatonya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab, Presiden interim Mesir Adly Mansour, menyerukan pemimpin Arab melawan terorisme, ekstremisme dan buta huruf. Selain berfokus pada masalah teroris, Mansour mendorong para peserta mengatasi masalah buta huruf dan ideologi ekstremis di negara-negara Arab.

Selasa (25/3), Mansour meminta rekan-rekan Liga Arabnya untuk bergabung dalam perang melawan terorisme. Menurutnya terorisme telah mengancam seluruh wilayah. Namun meski mengancam, Mansour bertekad untuk membasmi mereka.

Ia mendesak orang-orang yang menghadiri KTT untuk mengaktifkan kembali Konvensi Arab, terkait penindasan pada terorisme.

Pada tahun 1998, 18 dari 22 anggota Liga Arab menandatangani Pakta anti-terorisme. Namun hingga saat ini pakta tersebut belum pernah diberlakukan.

Mansour menyarankan, Konvensi Arab kembali diadakan sebelum bulan Juni. Pertemuan akan mempertemukan para menteri hukum dan menteri dalam negeri negara Arab.

Pertemuan guna meninjau kembali, sejauh mana pakta yang telah disepakati dilaksanakan.

Pakta di antaranya menetapkan, mereka yang menandatangani tak boleh memberikan perlindungan pada teroris.

Mansour mencatat, itu berarti negara Arab harus menyerahkan siapa pun yang ada di daftar surat perintah penangkapan Mesir.

Merujuk pada penangkapan para anggota Ikhwanul Muslimin, yang mendapat label teroris dari pemerintah Mesir.

Selama 29 menit sambutannya, Mansour fokus pada pembahasan terorisme.

Namun ia juga menyelipkan pembahasan mengenai Suriah dan Palestina, yang menjadi poin kunci KTT tahun ini.

"Kita akan mengerahkan upaya untuk menengahi antara kekuatan-kekuatan yang berbeda di Suriah, Hal ini untuk mencapai visi bersatu menuju penyelesaian konflik politik," kata Mansour.

Mansour lebih lanjut menegaskan bahwa konflik Palestina tetap salah satu tantangan utama untuk wilayah.

Ia mengekspresikan dukungan penuh untuk Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan kebutuhan untuk mengakhiri pendudukan Israel, serta kembali ke Palestina pra-tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.

Ia juga menentang serangan Israel di Jalur Gaza.

Ia menyerukan pembela hak asasi manusia untuk memainkan peran mereka dalam mengangkat penderitaan dari Palestina di Gaza.

Di luar pembahasan kedua konflik, Mansour juga menyoroti dua masalah lain di wilayah Arab.  Di antaranya buta huruf dan ekstremisme.

Menurutnya, 10 tahun ke depan harus didedikasikan untuk pemberantasan buta huruf dari negara-negara Arab. Mansour mengusulkan langkah pertama dengan menggelar pertemuan antara Menteri Pendidikan Arab dua bulan mendatang, untuk melaksanakan agenda.

Adapun masalah ekstremisme, Mansour menyarankan bahwa negara-negara Arab dapat mengadopsi sebuah strategi terpadu untuk menghadapi "ideologi ekstremis".

Mansour menawarkan digelarnya pertemuan di Bibliotheca Alexandrina, untuk para intelektual dan ahli mengembangkan suatu kerangka kerja untuk menentang pemikiran ekstremis.

Selama ini Mesir telah diguncang oleh gelombang serangan militan terhadap polisi dan tentara. Pemboman dan penembakan di Semenanjung Sinai semakin bergejolak.

Bahkan baru-baru ini di Kairo dan Delta Sungai Nil, telah terjadi pembunuhan puluhan personil keamanan.

sumber : Ahram Online
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement