Kamis 27 Mar 2014 00:08 WIB

Ukraina Berminat Latihan Militer dengan AS

Peta Ukraina
Foto: VOA
Peta Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Penjabat presiden Ukraina meminta persetujuan parlemen, Rabu, bagi pelatihan militer dengan mitra-mitra NATO yang akan menempatkan pasukan Amerika Serikat di dekat pasukan Rusia di semenanjung Crimea --yang dianeksasi Moskow.

Permintaan Penjabat Presiden Oleksandr Turchynov disampaikan ketika kepala staf umum Rusia mengumumkan di Moskow bahwa pasukannya kini menguasai sepenuhnya seluruh 193 pangkalan militer Ukraina di wilayah Laut Hitam menjelang direbut pasukan Kremlin pada awal bulan ini.

Turchynov mengatakan Ukraina ingin melakukan dua pelatihan militer dengan AS musim panas ini --Rapid Trident dan Sea Breeze-- yang memicu ketidak tenangan di Rusia pada awal tahun-tahun sebelumnya.

Ukraina merencanakan dua pelatihan tambahan dengan anggota NATO Polandia serta operasi darat gabungan dengan Moldova dan Romania.

Pemerintah Presiden AS Barack Obama bulan ini mengusulkan pemotongan pengeluaran 28 persen pada satu prakarsa Pentagon yang mendukung modernisasi angkatan bersenjata Ukraina dan negara-negara bekas Sovyet lainnya.

Tetapi seorang juru bicara Pentagon mengatakan pelatihan-pelatihan Rapid Trident dan Sea Breeze diperkirakan masih diproses mengenai rencana dalam bulan-bulan mendatang.

Pelatihan Sea Breeze terutama sekali menjengkelkan Moskow karena dilakukan dekat Crimea-- pangkalan Armada Laut Hitam Rusia.

Pelatihan-pelatihan militer itu diselenggarakan pada tahun-tahun belakangan ini digerakkan ke pelabuhan Odessa Laut Hitam di mana Ukraina juga memiliki satu pangkalan angkatan laut.

Pasukan Kremlim Selasa menyerbu kapal terakhir Ukraina di Crimea dan kini militer Rusia menguasai seluruh semenanjung yang berpenduduk dua juta jiwa sebagian besar berbahasa Rusia itu.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada 1 Maret berusaha dan mendapat wewenang untuk menggunakan kekuatan militer terhadap tetangganya setelah tiga bulan protes-protes yang mematikan di Kiev yang menjatuhkan pemerintah pro-Kremlin dan menggantikannya dengan para pemimpin baru yang beruasha menjalin hubungan lebih dekat dengan Barat.

Krisis keamanan itu menghasilkan konflik diplomatik terburuk sejak era Perang Dingin dan memicu Uni Eropa melakukan konsultasi-konsultasi mendadak yang bertujuan menghentikan ketergantunganya pada gas alam Rusia.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement