Jumat 28 Mar 2014 20:53 WIB

Saat Hubungannya Buruk, Obama Kunjungi Arab

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Joko Sadewo
Barrack Obama
Foto: Charles Dharapak/AP
Barrack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH –- Presiden AS, Barack Obama mampir ke Riyadh Arab Saudi, Jumat (28/3). Dikutip dari The Guardian, Obama tak lama berada di Riyadh, hanya satu malam di Istana Raja Saudi.

Ini adalah kunjungan pertamanya sejak presiden Mesir Hosni Mubarak terguling.Kejadian ini diakui membawa kecanggungan antara Arab dan AS. Sejak saat itu hubungan mereka memburuk apalagi setelah perlakuan AS pada Iran dan Suriah yang merupakan rekan dekat Arab.

"AS telah berada di balik perintah keamanan regional selama lebih dari 70 tahun, apakah ini waktu yang tepat untuk melepaskan diri?’’ kata seorang tokoh senior kepada The Guardian. ‘’Kami akan melakukan semuanya sendiri,’’ katanya.

Kemarahan Saudi disinyalir berakar dari respon AS terhadap Arab Awakenings yang bergemuruh disepanjang Afrika Utara dan Timur Tengah dalam tiga tahun sejak Mubarak, sang sekutu setia regional, mundur.

Kematiannya, bersama dengan Muammar Gaddafi di Libya dan Zine al - Abidine Ben Ali di Tunisia, menjadi ancaman bagi pemerintahan otoriter. Riyadh percaya Obama harus melakukan lebih banyak untuk mendukung Mubarak khususnya, bersama dengan penguasa Sunni Bahrain.

Kesulitan dalam hubungan bilateral benar-benar dimulai ketika revolusi Suriah. Riyadh antusias melemparkan dukungannya di balik oposisi mayoritas Sunni di Suriah, sementara Teheran hanya sebagai pembangkang dalam dukungannya terhadap rezim Assad dimana elit Alawit telah disesuaikan dengan Syiah penguasa Iran selama 40 tahun terakhir.

Riyadh telah menghabiskan enam bulan sejak marah pada apa yang dilihatnya sebagai administrasi lembek yang tidak lagi diterima dalam keyakinannya. "Kami melakukan lebih dan kami akan terus berbuat lebih banyak," kata pejabat Saudi kepada Guardian.

Sementara, hubungan militer bilateral masih berlangsung. Saudi tetap menjadi salah satu pembeli terbesar senjata AS. Kunjungan tersebut sepertinya akan tetap acuh tak acuh dan mencerminkan hubungan yang bermasalah. Riyadh telah putus asa sebelumnya, mengira AS bisa mengakhiri perang di Suriah.

Pesan utama Obama untuk tuan rumahnya bahwa ia tidak mengabaikan mereka. Ia juga bertujuan untuk mendukung sikap Saudi baru-baru ini melawan ekstrimis yang terus bergoyang di beberapa bagian Suriah utara dan di provinsi Anbar Irak.

Ia juga diperkirakan akan bersikeras bahwa tidak ada negara lain di wilayah ini yang dapat menggantikan AS sebagai penjamin keamanan. Itu mungkin janji yang sulit menjual.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement