REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dampak dari pemanasan global kini telah diteliti oleh para ilmuwan. Berdasarkan laporan dari PBB, dampak perubahan iklim ini sangatlah besar dan parah, bahkan saat ini tidak dapat diubah.
Para ilmuwan dan pejabat yang bertemu di Jepang menyampaikan bahwa dokumen tersebut merupakan penilaian yang paling komprehensif terkait perubahan iklim terhadap dunia. Bahkan para anggota panel iklim PBB pun memberikan bukti efek dari perubahan iklim ini.
Saat ini, sistem alam menanggung banyak beban, namun dampak yang lebih besar pada manusia lebih dikhawatirkan. Kesehatan kita, rumah, makanan dan keamanan akan terancam oleh naiknya suhu iklim. Laporan itupun akhirnya disepakati setelah diskusi berjalan hampir seminggu di Yokohama.
Pertemuan tersebut merupakan pertemuan kedua dari serangkaian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang menguraikan penyebab, efek, dan solusi dari pemanasan global.
Dalam pertemuan itupun, para ilmuwan menunjukkan bukti ilmiah terkait dampak pemanasan yang hampir dua kali lipat efeknya sejak laporan terakhir pada 2007. Dampak pemanasan global dapat terjadi pada mencairnya gletser atau pemanasan permafrost.
Selain itu, dampaknya juga akan mempengaruhi sistem alam dan manusia dalam beberapa dekade terakhir. Laporan ini juga memberikan penjelasan dampak jangka pendek pada sistem natural dalam 20 hingga 30 tahun mendatang. Selain itu, laporan ini juga memberikan penjelasan terkait lima alasan mengapa kita harus lebih khawatir akan dampak dari pemanasan global.
Pemanasan global juga mengancam sistem seperti es laut Arktik dan terumbu karang, di mana tingkat resikonya sangat tinggi dengan kenaikan suhu 2 derajat celcius.
"Tak seorang pun di planet ini yang tidak akan terkena dampak perubahan iklim," kata ketua IPCC Rajendra Pachauri di Yokohama. Dr Saleemul Hug, seorang penulis dari salah satu bab dalam dokumen tersebut juga memberikan pernyataannya.
"Sebelum pertemuan ini, kami pikir kami tahu bahwa ini terjadi, tetapi sekarang kami memiliki bukti bahwa ini terjadi dan ini nyata," katanya. Sedangkan, Michel Jarraud, sekjen Organisasi Meteorologi, sebelumnya mengatakan bahwa orang-orang dapat merusak iklim bumi karena ketidaktahuannya.
"Sekarang, ketidaktahuan tidak lagi menjadi alasan yang baik," katanya. Menurutnya, laporan itu pun berdasarkan lebih dari 12 ribu penelitian ilmiah. "Dokumen ini adalah bukti yang paling kuat di semua disiplin ilmu," katanya. Dampaknya juga berpengaruh pada laut dan sistem air tawar.
Lautan akan menjadi lebih asam sehingga mengancam terumbu karang dan banyak spesies lainnya. Di darat, hewan, tumbuhan, dan spesies lainnya akan mulai bergerak menuju tempat yang lebih tinggi atau ke arah kutub karena naiknya merkuri.
Meskipun begitu, manusia juga akan semakin terpengaruh. Ketahanan pangan pun juga disoroti karena menjadi hal yang penting. Hasil panen jagung, beras, dan gandum akan merosot pada 2050 hingga sepersepuluh dan menyebabkan kerugian lebih dari 25 persen. Setelah 2050, resiko merosotnya hasil panen pun akan lebih parah.
Sementara itu, permintaan makanan pun diperkirakan akan meningkat hingga sembilan miliar. Tak hanya itu, banyak spesies ikan yang menjadi sumber makanan penting bagi manusia pun akan pindah karena perairan menghangat.
Bahkan, di beberapa daerah tropis dan di Antartika, hasil tangkapan ikan pun akan menurun lebih dari 50 persen. "Beberapa tahun ke depan, tingkat resikonya akan meningkat, dan ini akan mempengaruhi manusia, dampaknya pada hasil panen, ketersediaan air dan khususnya cuaca ekstrem terhadap kehidupan masyarakat," kata Prof Neil Adger dari University of Exeter, penulis IPCC lainnya.
Akibatnya, akan ada kekhawatiran terhadap tingginya angka migrasi karena perubahan iklim serta konflik dan keamanan nasional. Sedangkan di Afrika, perubahan iklim akan mempengaruhi tingkat kemiskinan warganya. Meskipun begitu, Dr Chris Field, menyampaikan bahwa dengan laporan ini pengelolaan perubahan iklim perlu untuk dipikirkan.
"Perubahan iklim sangatlah penting, tapi kita punya banyak peralatan yang dapat digunakan secara efektif untuk mengatasinya. Kita hanya perlu lebih cermat," katanya.