Selasa 01 Apr 2014 00:23 WIB

Temuan Korban Wabah Hitam Di Bawah Jalur Rel London

Rep: Risa Herdahita/ Red: Muhammad Hafil
Suami istri sedang berziarah di pemakaman/ilustrasi
Suami istri sedang berziarah di pemakaman/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penemuan ekskavasi di bawah jalur rel London menemukan kuburan masal dari para korban wabah pes di abad ke-14. Hal itu diketahui dari hasil uji forensik terhadap kerangka tersebut.

Dari temuan gigi mereka diketahui adanya kandungan DNA dari bakteri Yersinia pestis. Selain itu didapat pula angka tahun dari situs pemakaman itu, yaitu sekitar tahun 1348-50.

Terkait dengan penemuan itu, berdasarkan catatan sejarah ribuan warga Inggris kuno meninggal dalam wabah itu dan dimakamkan di luar kota. Antara tahun 1347 dan 1351 wabah pes menyapu wilayah barat Eropa membunuh jutaan orang.

Wabah itu kemudian dikenal dengan nama Wabah Hitam. Wabah itu datang dari arah pantai Inggris dan dipercaya berhasil memusnahkan 60 persen dari populasi saat itu. Letak pemakaman masal itu sendiri masih menjadi misteri hingga sekarang.

Kini para Arkeolog percaya bahwa akan ada banyak temuan makam di bawah Lapangan Charterhouse dekat dengan Barbican. Rencananya penelitian akan diperlebar lagi di area lapangan. Hal itu dilakukan dengan panduan dari alat pemindai radar bawah tanah, yang sebelumnya telah diketahui ada lebih banyak lagi makam di area itu.

Ketua tim ekskavasi, Jim Carvey. mengatakan bahwa penemuan ini merupakan keberhasilan menguak misteri berusia 660 tahun. Temuan ini menurutnya juga merupakan langkah besar dalam pendokumentasian dan pehamanan mengenai wabah terbesar dalam sejarah Eropa. "Penggalian lebih lanjut akan dilakukan apakah kami akan menemukan pemakaman masal yang lebih besar lagi" katanya, seperti yang dikutip oleh wartawan BBC, Senin (31/3).

Hasil temuan itu sendiri terdiri dari 13 kerangka milik perempuan, tiga laki-laki, dua anak-anak, sedang ketujuh lainnya masih belum dapat dipastikan. Dari situ didapat pula bahwa banyak dari mereka yang menderita gizi buruk dan 16 persen-nya menderita rakhitis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement