REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Bank sentral Australia Selasa tetap mempertahankan suku bunga pada rekor rendah 2,5 persen untuk pertemuan dewan ke tujuh berturut-turut di tengah tanda-tanda tentatif bahwa ekonomi non-pertambangan itu mulai membaik.
Bank sentral mengindikasikan suatu "periode stabilitas" di tingkat keuangan.
"Dalam penilaian dewan, kebijakan moneter secara tepat dikonfigurasi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dalam permintaan dan hasil inflasi yang konsisten dengan yang ditargetkan," kata bank dalam sebuah pernyataan.
Gubernur Glenn Stevens mengatakan permintaan konsumen telah menguat "sedikit" , pertanda ekspansi yang solid dalam pembangunan perumahan , sementara kondisi bisnis dan kepercayaan bisnis juga sudah membaik dan ekspor meningkat.
Tetapi pada saat yang sama, pengeluaran investasi sektor sumber daya ditetapkan menurun secara signifikan.
"Pada tahap ini , tanda-tanda perbaikan dalam sektor investasi lainnya hanya tentatif , karena perusahaan menunggu lebih banyak bukti dari peningkatan kondisi sebelum melakukan rencana ekspansi," katanya.
Belanja publik juga ditetapkan untuk ditekan sementara tingkat pengangguran - saat ini di 6,0 persen dan merupakan tertinggi dalam satu dekade - diharapkan naik "sedikit lebih jauh dalam waktu dekat".
Ke depan, Stevens mengatakan "kebijakan moneter akomodatif berkelanjutan harus memberikan dukungan kepada permintaan, dan membantu memperkuat pertumbuhan dari waktu ke waktu."
"Inflasi diperkirakan akan konsisten dengan target 2-3 persen selama dua tahun ke depan," tambahnya.
Dolar Australia sedikit melemah setelah pengumuman menjadi 92,71 sen dolar AS, turun dari 92,81 sen dolar AS sebelum data dirilis.