REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL-- Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), memutuskan sebuah langkah baru pada Selasa (1/4).
NATO memperkuat pasukan di negara-negara Eropa Timur, karena khawatir dengan peristiwa pencaplokan Rusia atas Crimea.
Deutsche Welle melaporkan, Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan proses ekspansi akan terus dilakukan. Ia mencatat setiap negara Eropa mampu mengamati prinsip utama NATO, dan siap berkontribusi untuk memastikan keamanan di zona tersebut.
Rasmussen menekankan hubungan kemitraan dengan Ukraina akan diperkuat. Rasmussen menyebut tindakan Rusia di Crimea melanggar integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina. Atas peristiwa tersebut, NATO menurutnya berencana meningkatkan kehadirannya di negara-negara anggota aliansi di Eropa Timur.
Para diplomat juga mengatakan, menteri luar negeri NATO memulainya dengan meningkatkan latihan militer dan mengirim lebih banyak pasukan ke negara-negara anggota di timur. NATO juga menempatkan pasukan permanen di sejumlah negara Eropa Timur.
Menteri-menteri dari 28 negara anggota NATO bertemu di Brussel untuk pertama kalinya sejak pendudukan militer dan aneksasi Rusia atas Crimea. Peristiwa tersebut merupakan krisis terburuk Timur-Barat sejak Perang Dingin.
Sementara Amerika Serikat dan sekutunya menyatakan tak akan melakukan intervensi militer di Ukraina. Namun mereka meyakinkan anggota NATO di Eropa Timur, khususnya republik-republik bekas Soviet, bahwa mereka dilindungi oleh NATO.
Menyambut rencana NATO, AS juga telah meningkatkan jumlah pesawat AS untuk turut melakukan patroli udara dengan pasukan NATO di wilayah negara-negara Baltik. Mereka juga meningkatkan latihan, yang telah direncanakan sebelumnya dengan angkatan udara Polandia.
Duta Besar AS untuk NATO Douglas Lute mengatakan, pada para menteri termasuk Menteri Luar Negeri John Kerry, akan membahas langkah lebih lanjut untuk meyakinkan sekutu Eropa Timur.
"Mereka akan berbicara tentang bagaimana memperkuat langkah-langkah yang telah diambil dan untuk mempertahankan mereka dari waktu ke waktu. Sehingga langkah-langkah ini tidak hanya gerakan jangka pendek," kata Lute dalam konferensi pers.
Pertemuan para menteri akan berlanjut pada Rabu (2/4), Meskipun akan pembicaraan selanjutnya direncanakan fokus pada masalah Afghanistan.
Wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih Ben Rhodes mengatakan, AS akan meningkatkan penyebaran sementara angkatan darat dan laut di Eropa Timur.
Ia berharap mitra Eropa lainnya akan bergabung dan meningkatkan pasukan, seperti yang dilakukan AS.
Pasukan AS di Eropa kini telah menurun dari 300 ribu pasukan pada tahun-tahun akhir Perang Dingin, menjadi sekitar 100 ribu pada 2005.
Jumlah tersebut diperkirakan menurun lagi hingga sekitar 80 ribu, pada 2014.Banyak sekutu Eropa telah memangkas biaya pengeluaran militer dalam menanggapi krisis keuangan. Washington menekankan sekutu Eropa, untuk membalikkan pemotongan. Namun sepertinya AS akan menghadapi perjuangan berat.
Para menteri juga akan meninjau ulang kerja sama NATO dengan Rusia. Namun mereka tak jelas apakah akan mengumumkan langkah lebih lanjut, pada Selasa. NATO mengumumkan penambahan pasukan segera setelah krisis Crimea pecah.
Pada pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Deshchytsia, Deshchytsia juga berharap menteri NATO menawarkan bantuan untuk angkatan bersenjata Ukraina. Ukraina juga telah mengirim sejumlah daftar besar, permintaan peralatan pada NATO.
Para menteri diharapkan setuju untuk meningkatkan kerja sama dengan angkatan bersenjata Ukraina. Termasuk untuk melatih pasukan, mengadakan latihan bersama dan mempromosikan reformasi.
Para diplomat mengatakan, mereka memperkirakan ada diskusi pekan ini terkait krisis Crimea. Serta pembahasan mengenai masalah keanggotaan Georgia dan Ukraina kembali ke NATO.
Kemungkinan ekspansi masa depan NATO akan dibahas pada pertemuan lain, Juni mendatang.
Dalam pertemuan puncak NATO 2008 silam menyatakan, Georgia dan Ukraina suatu hari akan bergabung dengan aliansi. Namun, mereka tak langsung ditetapkan dalam jalur langsung keanggotaan. Prospek keanggotaan Georgia sempat dibekukan, saat mereka terlibat perang dengan Rusia.
Sementara presiden Ukraina pro-Rusia Viktor Yanukovich, telah lama membuang kesempatan Ukraina bergabung dengan NATO pada 2010.