Selasa 01 Apr 2014 18:31 WIB

Ebola 'Mengancam' Guinea Hingga Liberia

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Virus Ebola (ilustrasi).
Foto: Wikipedia.org
Virus Ebola (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CONAKRY -- Otoritas kesehatan Guinea menghadapi sebuah epidemi, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Wabah Ebola menyerang Guinea. Sebanyak 122 pasien diduga terjangkit Ebola, sementara 78 jiwa lainnya dinyatakan tewas.

Superstar musisi asal Senegal Youssou Ndour, bahkan membatalkan konser akhir pekan yang sedianya akan digelar di ibukota Guinea, Conakry. Ndour takut penyakit tersebut menyebar dalam kerumunan besar penonton yang menyaksikan aksinya. Pihak berwenang menyatakan, banyak warga Guinea telah menjauhi rumah-rumah sakit tempat korban Ebola di isolasi. Wabah Ebola 'menyerang' warga di kota Conakry hingga selatan di wilayah pedesaan Guinea.

Koordinator kelompok Dokter Tanpa Batas di Conakry Mariano Lugli mengatakan, wabah telah menyebar secara luas dan mengkhawatirkan. "Ini akan sangat menyulitkan bagi petugas organisasi mengontrol epidemi," kata Lugli.

Menurut laporan kantor berita CNN, kasus telah diidentifikasikan di tiga provinsi di Guinea. Diantaranya, ibukota Conakry, dekat perbatasan dan ibukota pesisir.

Para pejabat Guinea belum memberi keterangan resmi, bagaimana virus tersebut dapat muncul di Guinea. Virus Ebola kali pertama ditemukan di Kongo pada 1976. Sementara Guinea terletak jauh dari perbatasan Kongo. Namun, diperkirakan kelelawar yang membawa virus. Seperti diketahui kelelawar merupakan salah satu santapan lokal di Guinea.

Wabah Ebola yang melanda kali ini, merupakan jenis pertama di Afrika Barat dalam dua dekade. Khawatir dengan penyebaran yang kian meluas, negara tetangga Guinea, Senegal pun menutup perbatasan daratnya. Sebab tetangga lain Guinea, Liberia, telah mengkonfirmasi dua kasus Ebola yang menjangkit di wilayahnya.

Menteri Kesehatan Liberia Walter Gwenigale mengatakan, dua pasien di negara tersebut telah diuji. Mereka positif terjangkit virus mematikan Ebola.

Gwenigale mengatakan pada The Associated Press pada Ahad (30/3), salah satu pasien menikah dengan seorang pria Guinea. Ia baru saja kembali dari kampung halaman suaminya, sebelum akhirnya dinyatakan terjangkit Ebola. Wanita tersebut meninggal di wilayah Lofa.

Sementara pasien kedua merupakan adik dari wanita yang meninggal tersebut. Ia masih hidup, namun menurut Gwenigale, pasien tersebut diisolasi di sebuah pusat medis di luar ibukota, Monrovia. Gwenigale menolak memberikan rincian lebih lanjut, untuk menghindari kepanikan di masyarakat.

Kelompok Dokter Tanpa Batas menggambarkan, Ebola sebagai salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Virus ini dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak langsung, dengan darah atau cairan dari orang yang terinfeksi, atau benda yang telah terkontaminasi cairan terinfeksi.

Bahkan keluarga korban juga dapat terjangkit virus, saat melakukan kontak dengan mayat korban di pemakaman. Ini adalah virus yang sangat menular dan dapat membunuh hingga 90 persen. Ini menyebabkan teror di antara masyarakat yang terinfeksi. Hingga saat ini belum ada vaksinasi yang dapat mengobati Ebola.

Virus Ebola menyebabkan virus demam berdarah (VHF). Menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), sekelompok virus ini mempengaruhi beberapa sistem organ dalam tubuh. Virus ini sering kali menyerang dengan ditandai pendarahan.

Virus ini pertama ditemukan di wilayah Demokratik Kongo tahun 1976. Pada tahun yang sama virus melanda wilayah Sudan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, ada lima jenis virus Ebola. Semua diberi nama berdasarkan daerah asal mereka. Tiga dari jenis tersebut dikaitkan dengan wabah besar demam berdarah di Afrika.

Gejala awal virus Ebola antara lain demam mendadak, tubuh menjadi lemah, nyeri otot, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Gejala-gejala ini muncul dua hingga 21 hari, setelah terinfeksi.

Namun WHO mengatakan, gejala-gejala awal tak spesifik. Bisa saja itu merupakan tanda penyakit lain seperti malaria, demam tifoid, atau meningitis. Menurut kelompok Dokter Tanpa batas, sejumlah pasien terlihat mengalami ruam, mata merah, cegukan, nyeri dada dan kesulitan bernapas sampai menelan.

Gejala kemudian berkembang, menjadi muntah-muntah, diare, gangguang ginjal serta fungsi hari. Terakhir terjadinya perdarahan internal atau eksternal. Ebola hanya bisa diidentifikasikan melalui lima tes laboratorium yang berbeda. Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus untuk Ebola. Biasanya pasien ditempatkan di ruang isolasi.

CDC memperkirakan hingga saat ini lebih dari 1.800 kasus Ebola mewabah di seluruh dunia. Dengan catatan kematian mencapai 1.300 jiwa. Wabah terakhir tercatat di Uganda dan Kongo.

Wabah paling mematikan terjadi tahun 1976, di Kongo. Saat itu 280 dari 318 orang yang terinfeksi meninggal dunia. Pada tahun 2000, terdapat 425 kasus Ebola di Uganda dan mengakibatkan 224 korban jiwa.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement