Selasa 01 Apr 2014 18:54 WIB

Beijing Waspadai Ekspor Senjata Jepang

Letak kepualauan Senkaku (dalam versi Jepang) yang disengketakan oleh Cina dan Jepang
Foto: WIKIPEDIA
Letak kepualauan Senkaku (dalam versi Jepang) yang disengketakan oleh Cina dan Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Pertahanan China mengatakan pihaknya memberi "perhatian besar" terhadap pelonggaran pembatasan ekspor senjata Jepang. Ini terkait perubahan besar pertama yang dilakukan pemerintah Jepang dalam kebijakan perdagangan senjatanya sejak hampir setengah abad.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei pada jumpa pers rutin mengatakan bahwa Jepang harus mengejar upaya mewujudkan perdamaian dan mengambil tindakan yang lebih kondusif untuk perdamaian regional. turan baru perdagangan senjata bisa dianggap sebagai langkah untuk meningkatkan peran Jepang di pasar global.

Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan bahwa kabinet Perdana Menteri Shinzo Abe telah menyetujui rencana baru untuk menggantikan larangan ekspor senjata yang diberlakukan sejak 1967.

Dengan kebijakan ekspor senjata yang baru, penjualan senjata tidak dilakukan ke negara-negara yang dilanda konflik yang dapat merusak perdamaian dan keamanan internasional. Selain itu, penjualan senjata harus memberikan kontribusi bagi perdamaian internasional dan meningkatkan keamanan Jepang.

"Berdasarkan prinsip-prinsip kebijakan baru itu, kami telah membuat prosedur untuk transfer peralatan pertahanan yang lebih transparan. Hal itu akan memberikan kontribusi untuk perdamaian dan kerjasama internasional dari sudut pandang pasifisme proaktif," kata Suga.

"Dan kami akan berpartisipasi dalam pengembangan dan produksi bersama peralatan pertahanan," ujarnya.

Para pendukung kebijakan baru perdagangan senjata itu berharap kelonggaran yang ada dalam kebijakan baru akan meningkatkan pertumbuhan pabrik produsen senjata di Jepang, seiring meningkatnya ketegangan regional, termasuk masalah sengketa wilayah dengan China dan kekhawatiran atas tindakan Korea Utara yang tak terduga.

Aturan perdagangan senjata baru itu memungkinkan Jepang untuk memasok persenjataan ke negara-negara yang berada di sepanjang jalur laut penting guna membantu mereka melawan pembajakan. Aturan baru itu juga merupakan pertimbangan strategis penting bagi perekonomian Jepang yang miskin dengan sumber daya.

Senjata-senjata buatan Jepang berpotensi untuk dikirim ke Indonesia serta negara-negara di sekitar Laut Cina Selatan - jalur yang memiliki kekayaan bahan bakar fosil - seperti Filipina, yang memiliki sengketa wilayah dengan Tiongkok.

Sejauh ini Jepang sudah memasok persenjataan untuk tentara perbatasan di pantai Filipina, kelompok yang semakin berhadapan di garis depan dengan China terkait sengketa Laut Cina Selatan.

Setiap langkah Jepang untuk meningkatkan dukungan ke negara lain dengan pasokan senjata akan langsung mengganggu pihak China, yang seringkali menuduh PM Abe mencoba untuk memiliterisasi kembali negaranya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement