REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Christine Lagarde pada Rabu memperingatkan bahwa krisis politik di seluruh Ukraina menimbulkan bahaya bagi ekonomi dunia yang lebih luas.
Dalam pidatonya di Washington, Lagarde mengatakan pertumbuhan global selama lima tahun setelah Resesi Besar "masih terlalu lambat dan lemah" serta menghadapi beberapa ancaman.
"Pertama, inflasi yang rendah, terutama di Eropa dan Jepang, merupakan bahaya untuk permintaan dan produksi serta akibatnya pada lapangan pekerjaan," Lagarde mengatakan pada Johns Hopkins University School of Advanced International Studies.
Ancaman utama kedua adalah solvabilitas perusahaan yang tinggi di negara-negara berkembang, yang jika tidak ditangani akan diperparah oleh gejolak dari pengetatan moneter di negara-negara maju, terutama Amerika Serikat.
"Kendala ketiga adalah munculnya ketegangan geopolitik, yang bisa mempersuram prospek ekonomi global," katanya.
"Situasi di Ukraina adalah salah satu yang jika tidak dikelola dengan baik, bisa memiliki implikasi spillover yang lebih luas."
Selain Ukraina, ada masalah wilayah-wilayah geopolitik lainnya, ia menambahkan.
"Menyelesaikan mereka tidak hanya membutuhkan kebijakan yang baik, tetapi juga politik yang baik. Keduanya sangat penting untuk memungkinkan ekonomi global pindah ke gigi yang lebih tinggi."
Pekan lalu IMF mengumumkan program ambisius 14-18 miliar dolar AS untuk menyelamatkan perekonomian Ukraina setelah penggulingan Presiden Viktor Yanukovich.
Ketegangan Barat dengan Rusia atas pencaplokan wilayah Krimea Ukraina telah menambah tantangan dalam menstabilkan negara itu.