REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Dalam wawancara pertamanya sejak digulingkan, mantan Presiden Ukraina Viktor Yanukovich menyatakan penyesalannya atas apa yang terjadi dengan Crimea. Menurut Yanukovich, mengundang pasukan Rusia ke Ukraina merupakan kesalahan.
Yanukovich mengaku salah, karena telah 'mengundang' pasukan Rusia ke Crimea. Ia pun bersumpah untuk mencoba membujuk Rusia mengembalikan, wilayah yang didambakan di semenanjung Laut Hitam tersebut.
Yanukovich membuat komentarnya pada Rabu (2/4), dalam wawancara pertama media sejak ia dipaksa untuk turun dari kekuasaannya. Penggulingan Yanukovich, terjadi setelah tiga bulan protes terhadap dugaan korupsi yang dilakukannya dan keputusannya untuk lebih dekat ke Uni Eropa.
Dengan penuh pembelaan diri dan berlinangan air mata, Yanukovich mengatakan pada kantor berita The Associated Press dan televisi NTV Rusia. Ia berharap, dapat bernegosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin agar mengembalikan wilayah Crimea yang dianeksasi. "Aku salah, saya bertindak berdasarkan emosi saya," ungkapnya.
Yanukovich menambahkan, masalah Crimea merupakan tragedi terbesar di Ukraina. Ia bersikeras bahwa, pengambilalihan Moskow atas Crimea tak akan terjadi jika ia tetap memegang kekuasaan di Ukraina.
Dalam wawancaranya, Yanukovich juga membantah tuduhan korupsi yang dilayangkan padanya. Ia mengatakan, membangun kediaman mewahnya di luar Kiev dengan uangnya sendiri. Pria berusia 63 tahun itu juga membantah bertanggung jawab atas kematian 80 pengunjuk rasa di Kiev, Februari lalu.
Selama ini ia dituduh mengerahkan penembak jitu untuk menembang pengunjuk rasa.Sementara Putin secara terbuka meremehkan Yanukovich. Padahal sebelumnya, Putin menggambarkan kejatuhan Yanukovich ilegal dan ia masih merupakan pemimpin Ukraina yang sah.