REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina akan kembali ke pangkalan setelah menyelesaikan pelatihan, kata Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Kamis.
"Setelah menyelesaikan pelatihan di wilayah Rostov (berbatasan dengan Ukraina), salah satu batalyon pesertanya telah kembali ke pangkalan di wilayah Samara," katanya.
"Sesudah menyelesaikan tugas kepada peserta dalam latihan itu, satuan lain juga akan kembali ke pangkalan tetap mereka," kata Lavrov dalam jumpa pers dengan timpalannya dari Kazakstan.
Lavrov menyatakan Presiden Vladimir Putin memberikan jaminan sama kepada Kanselir Jerman Angela Merkel ketika mereka terakhir berbicara di telepon pada Senin.
Kementerian Pertahanan Rusia pada 31 Maret menyatakan menarik satu batalion dari wilayah Rostov dan bahwa pasukan itu kembali ke wilayah Samara, sekitar 950 kilometer dari perbatasan Ukraina.
Lavrov menekankan bahwa Rusia bebas menyebarkan pasukannya di dalam perbatasannya dan bahwa "mitra Barat mengakui bahwa dalam arti hukum, tidak ada masalah".
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukannya dikerahkan untuk melakukan beberapa pelatihan di wilayah dekat Ukraina.
Lavrov menuduh pemerintah baru di Kiev dan kekuatan Barat melebih-lebihkan kehadiran tentara Rusia di perbatasan Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada Rabu menyatakan pengerahan itu, yang persekutuan itu perkiraan 40.000 tentara, "sangat memprihatinkan".
Komandan pasukan persekutuan itu, Jenderal Philip Breedlove, juga menyatakan pasukan Rusia siap menyerang dalam 12 jam dan bisa menyerbu wilayah luas Ukraina dalam tiga hingga lima hari.
Lavrov meminta mereka mengurangi retorika itu, dengan mengatakan, "Saya akan tidak mengeluarkan soal ini dari proporsinya seperti pemerintah Ukraina saat ini dan pelindung Barat mereka coba lakukan."
Ia kemudian memperingatkan NATO tidak mengerahkan pasukan tetap tambahan di negara anggotanya di Eropa timur sesuai dengan perjanjian dengan Rusia.
"Tentang rencana meningkatkan kehadiran pasukan NATO di wilayah negara anggota Eropa Timur, seharusnya tidak ada tambahan kehadiran tetap tentara di wilayah negara Eropa Timur," kata Lavrov.
NATO pada Rabu menyatakan mundur dari pemikiran memperkuat kehadiran tentaranya di negara berbatasan dengan Rusia, dengan lebih memilih menangguhkan kerja sama dengan Moskow dan memberi lebih banyak waktu untuk pembicaraan.