REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Gerilyawan baru yang menamakan kelompoknya "Ajnad Masr" atau Tentara Mesir mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom di Kairo, Rabu (2/4), yang menewaskan Brigjen Polisi Tarek Al Margawi.
Aksi ledakan bom itu ditargetkan kepada para perwira polisi, demikian taklimat "Tentara Mesir" yang dipublikasikan, Kamis (3/4).
"Tentara Mesir" menyebutkan bahwa Jenderal Al Margawi dijadikan sasaran bom karena dinilai berperan penting dalam pembubaran paksa massa pendukung presiden terguling Muhammad Mursi di Bundaran Al Nahdhah di Universitas Kairo pada bulan Agustus.
Pembubaran paksa bersamaan dengan Bundaran Rabiah Adawiyah itu menewaskan ratusan orang.
Laporan pemerintah atas pembubaran paksa di Bundaran Al Nahdhah dan Bundaran Rabiah Adwaiyah itu menewaskan 340 orang. Namun, Ikhwanul Muslimin menyebut lebih 2.600 korban tewas.
Tiga ledakan bom di dekat kantor polisi pengaman Universitas Kairo pada hari Rabu (2/4) tersebut menewaskan dan melukai delapan perwira, termasuk Deputi Menteri Dalam Negeri Jenderal Polisi Abdel Raouf Al Serafi.
Mahasiswa Universitas Kairo dan berbagai universitas di seantero negara itu belakangan ini melancarkan unjuk rasa antipemerintah, menewaskan sedikitnya empat mahasiswa dalam tiga pekan terakhir.
Dua bom beruntun meledak tersebut ditanam di sebuah pohon di dekat pos keamanan kampus Fakultas Teknik, dan bom ketiga meledak di dekat pintu masuk utama universitas.
Ledakan bom ini terjadi sepekan setelah mantan Panglima Militer Mesir Abdel Fatah Al Sisi menyatakan pencalonan dirinya untuk pemilihan presiden pada tanggal 26 Mei mendatang.
Jenderal Al Sisi dikenal sebagai tokoh yang berperan penting dalam pelengseran Presiden Mursi.
Ikhwanul Muslimin pendukung Mursi memprotes keras pencalonan Al Sisi tersebut.