REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK-- Aktivis perempuan Arab mengatakan peran mereka dalam pemberontakan Timur Tengah. Menurutnya, Arab Spring menciptakan moster yang kini tak bisa mereka kendalikan.
Berbicara dalam panel diskusi di New York, pada Jumat (4/4), Editor in Chief Yaman Times Nadia al-Sakkaf menyatakan tanggapannya tentang peristiwa Arab Spring.
Sakkaf mengatakan, negaranya terkejut dengan pemberontakan yang terjadi."Kami terkejut, melihat bagaimana kami menciptakan monster raksasa yang tak dapat kami kendalikan lagi," ungkapnya seperti dilansir Alarabiya, Ahad (6/4).
Sebelumnya sataris politik Amerika Serikat Jon Stewart yang memimpin diskusi mengatakan, banyak orang berpikir Arab Spring merupakan peristiwa tunggal. Padahal setiap negara memainkan peran masing-masing. Saat kelompok yang biasanya tak memiliki suara akhirnya bangkit, menurutnya bisa membuat sesuatu jadi tak terkendali.
Empat perempuan dalam panel membahas peran mereka dalam pemberontakan. Mereka juga mengungkap fakta, bahwa tak sedikit perempuan merupakan ibu dari para militan di negara mereka.
Pendiri kelompok advokasi "The Voice of Women Libya" Alaa Murabit mengatakan, sejumlah besar senjata dilapangan sejak penggulingan Muammar Qaddafi menciptakan masalah besar.
"Kami mulai membangun kembali bangsa dengan memberikan warga senjata. Dengan ketidakamanan, perempuan cenderung untuk mengambil bagian di belakang kompor," kata Murabit.
Ia menambahkan, cara utama memperluas peran perempuan di Timur Tengah adalah dengan pendidikan. Menurutnya pembicaraan tentang hak perempuan dan agama penting disampaikan. Sebab menurutnya, itulah yang membuat rezim otokratis berkembang.