REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Puluhan ribu warga Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur mengalami krisis air. Seperti dilansir msnnews.com, Selasa (8/4), sudah sebulan lebih, krisis air terjadi di wilayah ini. Warga Pelestina yang tinggal di Yerusalem Timur terjebak di wilayah yang dianggap tidak bertuan dalam situasi konflik antara Palestina dan Israel.
Warga Palestina yang juga merupakan penduduk Kamp Shuafat ini secara teknis sudah menjadi bagian dari Kota Yerusalem. Namun, mereka tinggal diluar tembok besar di bagian tepi barat yang telah dibangun Israel. Hal ini menyebabkan hampir tidak pernah ada layanan dari Negara Israel dan Palestina yang ingin membantu warganya yang kekurangan air tidak diizinkan masuk wilayah tersebut.
Otoritas air di Israel mengatakan sistem pipa air yang ada saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan air di wilayah tersebut. Selain masalah tersebut, pertumbuhan penduduk yang cepat di wilayah tersebut menjadi penyebab utama krisis air karena tidak sebanding dengan sumber air yang ada. Mahkamah Agung Israel memberi pejabat yang berwenang dalam masalah ini waktu 60 hari untuk menangani masalah ini.
"Waktu 60 hari itu sangat lama, pasti akan ada kekacauan dengan kondisi saat ini," ujar Hani Taha, seorang warga Palestina yang menjadi tukang daging lokal di wilayah Yerusalem Timur. Warga Palestina mengaku jika kondisi air yang krisis saat ini menyebabkan mereka tidak dapat mengerjakan kebutuhan pokoknya seperti Mandi, Cuci, dan Kakus (MCK).
Krisis air bagi warga Palestina di Yerusalem Timur diperparah dengan musim panas yang sedang berlangsung saat ini. Warga hanya berharap pada hujan yang hanya sesekali terjadi di wilayah tersebut saat ini.