REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membantah telah meningkatkan ketegangan di Ukraina. Ia pun menuduh balik negara-negara Barat karena memberikan tudingan yang tak berdasar dan memicu ketegangan.
Dilansir dari BBC, Lavrov juga memperingatkan pemerintah Kiev agar tidak menggunakan kekuatan militer melawan demonstran pro-Rusia. Menurutnya, ia tengah mengamati peristiwa yang terjadi di Ukraina, khususnya di Donetsk, Luhansk, dan Kharkiv.
"Berhenti menyalahkan Rusia atas semua masalah yang terjadi di Ukraina beberapa akhir ini," katanya dalam sebuah pernyataan.
Demonstran pro-Rusia menduduki gedung pemerintahan di tiga kota di Ukraina pada Ahad malam. Kepolisian mengatakan mereka telah membubarkan para demonstran di Kharkiv. Namun, para demonstran di Luhansk telah menguasai persenjataan.
Presiden sementara Ukraina Oleksandr Turchynov menyebut kisruh di negara dilakukan oleh Rusia untuk memecah Ukraina. Lanjutnya, upaya Ukraina ini dinilai mengganggu pemilu yang telah direncanakan.
Ia juga akhirnya membatalkan kunjungannya ke Lithuania. Sementara itu, Perdana Menteri sementara Arseniy Yatsenyuk melakukan pertemuan kabinet darurat. Ia juga menyalahkan Rusia atas peristiwa ini.
"Rencana mereka adalah untuk meningkatkan ketegangan, sehingga pasukan asing dapat menyeberangi perbatasan dan menguasai wilayah yang tentu tak akan kami izinkan," katanya.