Selasa 08 Apr 2014 13:07 WIB

Ternyata Ini Ancaman Paling Serius Bagi AS

Lelaki kegemukan
Foto: wordpress
Lelaki kegemukan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- Semua kasus kegemukan di AS telah meningkat sejak 1999, demikian satu studi yang disiarkan pada Senin (7/4) oleh jurnal AS JAMA Pediatrics. Hasil studi tersebut bertolak-belakang dengan laporan belum lama yang memperlihatkan penurunan angka kegemukan di kalangan anak yang berusia dua sampai lima tahun dalam satu dasawarsa belakangan ini.

Studi baru tersebut, yang dipelopori oleh peneliti dari University of North Carolina (UNC), mengatakan apa "yang barangkali paling mengganggu" ialah kecenderungan peningkatan dalam bentuk kegemukan yang makin parah; anak memiliki indeks massa tubuh (BMI) 120 sampai 140 persen lebih tinggi dibandingkan dengan sebaya mereka.

"Peningkatan bentuk kegemukan yang lebih parah pada anak sangat mengganggu," kata penulis utama studi itu Asheley Cockrell Skinner, Asisten Profesor Ilmu Kesehatan Anak di UNC School of Medicine, di dalam satu pernyataan.

"Kegemukan ekstrem lebih jelas terkait dengan sakit jantung dan resiko diabetes pada anak dan remaja, dan lebih sulit ditangani," kata Skinner, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang.

Temuan tersebut dilandasi atas analisis baru pada data yang dikumpulkan dari 26.690 anak yang berusia dua sampai 19 tahun dari 1999 sampai 2012 sebagai bagian dari Survei Pemeriksaan Gizi dan Kesehatan Nasional.

Untuk tujuan studi tersebut, "kelebihan berat" didefinisikan sebagai BMI 23-27,5, dan "kegemukan" jika BMI-nya 27,6-40.

Bentuk kegemukan yang lebih parah --kegemukan Klas 2 dan Klas 3-- didefinisikan sebagai BMI di atas 40.

Dengan menggunakan definisi itu, studi itu mendapati bahwa 17,3 persen anak AS yang berusia dua sampai 19 tahun gemuk pada 2011-2012. Pada saat yang sama, 5,9 persen anak memenuhi kriteria kegemukan Klas 2 sedangkan 2,1 persen memenuhi kriteria untuk kegemukan Klas 3.

Temuan itu tampaknya bertentangan dengan laporan bahwa prevalensi kegemukan di kalangan anak-anak yang berusia dua sampai lima tahun turun dari 14 persen pada 2003-2004 jadi cuma lebih delapan persen pada 2011-2012.

Kedua studi tersebut menggunakan Survei Pemeriksaan Gizi dan Kesehatan Nasional, tapi, para peneliti itu menjelaskan, studi terdahulu mengkaji hanya satu dasawarsa belakangan sedang studi baru tersebut menggunakan semua tahun yang ada --dari 1999 sampai 2012.

"Pada 2003 terjadi kenaikan yang tak biasa pada kegemukan di kalangan anak kecil, yang mengakibatkan terjadinya kemerosotan besar. Namun, ketika kami meneliti gambaran yang lebih besar, perubahan itu tak ada," kata Skinner.

Wanita ilmuwan tersebut menyatakan satu pesan paling penting dari studi mereka "ialah apakah kita memiliki lingkungan hidup yang memungkinkan bagi kegiatan dan mendorong makanan sehat buat semua anak, tak peduli berat tubuh mereka".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement