REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH-- Palestina mengancam akan mencari dukungan lebih luas terhadap berdirinya negara Palestina, jika pembicaraan damai dengan Israel gagal. Sebelumnya upaya Palestina mendaftar 'negara Palestina' pada sejumlah lembaga-lembaga internasional, dianggap sangat provokatif oleh Israel.
Assisten Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Mohammed Ishtayeh mengatakan, Amerika Serikat sebagai mediator selama ini tengah berusaha meredakan krisis dalam negosiasi. Namun menurutnya, Palestina siap mendaftar untuk pengakuan negaranya jika pembicaraan tak terwujud hingga batas waktu 29 April.
Pembicaraan damai kedua pihak sempat terganggu dengan sejumlah insiden. Seperti pembatalan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel, yang dianggap melanggar perjanjian. Kondisi semakin diperburuk dengan aksi Palestina mendaftarkan negaranya untuk diakui oleh Majelis Umum PBB, sebagai negara pengamat non-anggota.
Untuk sekitar 63 badan-badan PBB, perjanjian dan konvensi. Setelah Israel gagal melepaskan tahanan Palestina kelompok keempat, pekan lalu, Abbas menandatangani surat aksesis 15 konvensi internasional. Israel kemudian mengatakan, pembebasan terakhir tak akan dilakukan.
Ishtayeh mengatakan, Palestina selama ini membuka pintu untuk menggelar pembicaraan serius hingga 29 April. Namun menurutnya, kesenjangan terus melebar dan Israel tak memiliki itikad baik dalam bernegosiasi.
Sementara Kerry berharap kesepakatan damai dapay digelar sebelum 29 April. Ia menurunkan pandangannya selama berbulan-bulan tanpa kemajuan. Ia mengatakan, pembicaraan berupaya merumuskan kesepakatan kerangka kerja.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, negosiasi berfokus untuk memperpanjang pembicaraan hingga 2015. Isthayeh mengatakan, Palestina tak akan menyetujui perpanjangan kecuali Israel setuju melepaskan kelompok terakhir tahanan Palestina. Jika pembicaraan gagal menurut Ishtayeh, Palestina akan melanjutkan kampanye untuk mendapat pengakuan internasional tanpa memberikan batas waktu.
Sebelumnya Palestina telah meminta pengakuan pada 63 lembaga, perjanjian dan konvensi internasional. Mereka membaginya dalam empat kelompok. "Ini merupakan tahap kedua organisasi-organisasi PBB siap melakukan penandatanganan," ungkapnya.
Israel dapat menghadapi peningkatan isolasi internasional, jika kampanye yang dilakukan Palestina untuk pengakuan lebih luas berhasil. Israel menyatakan, hal itu merupakan cara Palestina menggagalkan negosiasi. Israel juga menuduh Palestina tak serius mencapai kesepakatan.
Ahad (6/4) lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel siap melanjutkan pembicaraan. Ia juga mengutuk gerakan yang dilakukan Palestina dan menyalahkan para pemimpin Palestina atas krisis pembicaraan.
"Ancaman Palestina untuk meminta pengakuan PBB tak mempengaruhi kami. Orang-orang Palestina akan banyak kehilangan dengan langkah sepihak ini," ujar Netanyahu.
Menurutnya langkah Palestina akan semakin mendorong kesepakatan damai lebih jauh. Perunding Israel dan Palestina bertemu selama beberapa jam Ahad lalu, di hadapan mediator AS. Konsultan AS di Yerusalem mengatakan, pertemuan berlangsung serius dan konstruktif. Pertemuan lain direncanakan akan digelar pada Senin (7/4).