REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemungutan suara tinggal sesaat lagi, namun sebagian pemilih di Indonesia masih bingung dengan calon dan partai yang akan mereka pilih. Rekam jejak partai dan tokoh partai menjadi salah satu pertimbangan penting pemilih.
Pemilu legislatif 2014 digelar di tengah citra buruk dan minimnya kepercayaan sebagian masyarakat Indonesia terhadap kinerja dan integritas wakil rakyat.
“Korupsinya yang diperbesar itu.. Bayangkan kalau semua partai korupsi, berapa triliun duit rakyat. Kalau mereka bersih, sudah memadai tuh gaji mereka untuk mereka hidup”
“Gak jelas kerjaannya. Masuknya gak jelas. Gak ada hasilnya. Sama aja, gak ada perubahan”.
“Janji-janji kan bisa aja. Buktinya yang dulu kan begitu. Beberapa partai janji doang hasilnya bungkam semua. Udah pada korupsi segala macem”.
Itulah pendapat beberapa warga yang ditemui oleh wartawan ABC Iffah Nur Arifah di Jakarta dan Jawa Barat, baru-baru ini.
Banyaknya kasus hukum yang membelit partai politik mau pun anggota DPR tersebut, tampaknya sangat kuat membekas di ingatan warga, dan mempengaruhi kepercayaan mereka.
Tidak heran beberapa hari menjelang pemungutan suara, banyak warga mengaku belum memiliki gambaran pasti mengenai sosok wakil mereka di DPR yang akan dipilihnya.
Masa kampanye yang terbuka dan tertutup selama kurang lebih 4 bulan tampaknya tidak banyak berdampak bagi warga.
“Calon-calonnya untuk di DPR kan banyak. Tapi saya belum tahu siapa-siapanya. Banyak sih calon untuk DPR tapi ya calon-calon ini kan hati nuraninya tidak semua sama. Tergantung sih ya. Yang penting mau dukung rakyat. Tapi kalau aspirasi rakyat diiya-iyain udah ke sononya dia lupa untuk apa?"
“Ngikutin banget sih jarang-jarang, paling ngeliatnya yang sering disorot, bukan calegnya kan tapi capresnya. Jadi yang sering dilihat visi misi capresnya. Kalo calegnya gak terlalu kenal. Paling ngeliat dari spanduk aja. Sama aja rata-rata kan. Visi misinya rata-rata sama aja sama pemilu yang sebelumnya.”
Meski tidak mengenal betul partai politik mau pun calon legislatif yang akan mereka pilih, namun warga mengaku tetap antusias untuk memberikan suara pada 9 April 2014 ini.
Hanya saja dukungan yang akan mereka berikan sepertinya lebih didorong atas pertimbangan tradisional, ketimbang dukungan terhadap visi dan misi yang diusung parpol mau pun calon legislatif.
Ghazali warga Kalibata, Jakarta Selatan, misalnya mengaku akan memilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di mata Ghazali PPP merupakan parpol Islam sejati yang menggunakan asas Islam.
Pendirian yang sama diungkapkan oleh H. Abdillah. Bapak berusia 74 tahun dan tinggal di Depok Jawa Barat mengaku cenderung tetap akan mendukung parpol Islam favoritnya sejak beberapa tahun terakhir, yakni Partai Keadilan Sejahtera. Meski demikian H. Abdillah mengaku cukup kecewa dengan kasus hukum yang membelit petinggi PKS. Oleh karena itu ia berharap tahun ini PKS bisa membersihkan citra buruk partainya.
Sebagian warga lain mengaku, sosok cenderung menjatuhkan pilihan berdasarkan calon presiden yang diusung parpol tersebut. Seperti diungkapkan Rabiatul Adawiyah atau Rara, gadis berusia 22 tahun, yang mengaku sejak lama mengagumi sosok Wiranto.
Pada pemilu tahun lalu Rara mengaku dia juga mendukung Wiranto yang mendampingi Capres Jusuf Kalla. Rara menilai sosok Wiranto masih ideal sebagai pemimpin. Karenanya ia mengaku cenderung bersimpati untuk mendukung parpol besutan Wiranto yakni Partai Hati Nurani Rakyat alias Hanura.
Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan dalam Pemilu 9 April 2014 ini, jumlah pemilih yang terdaftar mencapai lebih dari 186 juta pemilih. Mereka akan memberikan suara pada Rabu 9 April 2014 mulai pukul 8 pagi di lebih dari 545 ribu tempat pemungutan suara (TPS).