REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menegaskan bahwa pertemuan antara utusan khususnya, Martin Indyk, dan perunding Israel dan Palestina berlangsung pada Senin malam meskipun pembicaraan Timur Tengah itu mundur dari pekan lalu.
"Tentu saja ada orang-orang di kedua sisi yang tidak mendukung upaya perdamaian dan tidak pernah mendukung upaya perdamaian, tetapi mereka yang telah terlibat erat belum menunjukkan kepada kita bahwa mereka ingin mengakhiri proses ini atau mengakhiri perundingan," kata Juru Bicara, Jen Psaki.
"Dan mereka telah menghabiskan beberapa jam bersama-sama selama beberapa hari terakhir, sehingga ada indikasi keseriusan mereka," katanya.
Hanya sebulan sebelum batas waktu 29 April untuk membangun kerangka kerja untuk negosiasi, Israel mengingkari komitmen untuk melepaskan 26 tahanan Palestina terakhir yang telah mereka tahan sejak sebelum Perjanjian Oslo 1993.
Sekitar 700 unit rumah juga disetujui untuk dibangun di Yerusalem Timur, yang mereka duduki untuk memperluas permukiman Israel.
Dalam apa yang tampaknya menjadi respon langsung, Otoritas Palestina secara sepihak menandatangani lebih dari selusin perjanjian PBB tentang hak asasi manusia. Suatu tindakan yang melanggar kondisi pembicaraan yang sedang berlangsung.
"Tentu saja ada langkah-langkah yang diambil tidak membantu selama seminggu terakhir, tetapi kami tetap terlibat dengan para pihak," kata Psaki.