Rabu 09 Apr 2014 15:09 WIB

Fenomena Golput dan Reaksi di Media Sosial

Golput
Golput

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena golput juga terjadi di ranah sosial media seperti Twitter dan Facebook. Pengamat media sosial Nukman Luthfie bahkan mengatakan penganut Golput di media di Indonesia tidak berbayar ini justru sangat terbuka.

"Twitter jadi tempat pembicaraan terbuka mengenai Golput. Mereka terbuka mengatakan akan Golput. Namun sebenarnya Golput itu ada bermacam-macam. Ada yang karena memang faktor ideologis. Misalnya di jaman Soeharto, Golput karena itu perlawanan terhadap Soeharto. Tetapi sekarang Golput melawan apa? Ideologisnya tidak ada. Nah, kemudian ada mengatakan ya sudah aku golput karena sekarang pilihannya tidak ada yang bagus, semuanya korup." kata Luthfie.

Namun dalam beberapa pekan terakhir menjelang pemilu, media sosial di Indonesia juga diramaikan dengan berita bahwa Gubernur Jakarta Joko Widodo diajukan sebagai calon presiden oleh PDI-P.

Beberapa pengamat politik dan media massa memperkirakan pencapresan Jokowi akan mengurangi angka Golput, karena mereka yang tadinya Golput diprediksi akan memberikan suara kepada PDI-P.

Bagaimana pendapat beberapa warga yang ditanyai Nurina Savitri di Jakarta?

"Saya kecewa ya. Dia selalu meninggalkan pekerjaan sebelumnya. Di Jakarta, dia katanya mau menyelesaikan lima tahun, sekarang sudah ditinggal untuk nyapres." kata Rika seorang karyawan.

"Sebenarnya ada rasa untuk memilih. Cuma masih bingung saja. Soalnya Jokowi memang sukses tapi sayang banget karena seharusnya tetap dulu menjadi gubernur. Saya sih maunya Jokowi tetap berpasangan dengan Ahok guna melanjutkan tugasnya sebagai gubernur." tambah Rika.

Angga seorang teknisi IT di perusahaan Korea di Jakarta malah sebelumnya tidak pernah absen memilih, namun di pemilu 2014 justru akan golput.

“Ya sama seperti dululah janji-janji doang. Masih banyak orang-orang lama yang masih berkecimpung di situ. Politiknya sudah tidak benar menurut saya sekarang. Media juga saling menjebloskan satu sama lain." kata Angga.

Angga memang tidak mengelak bahwa kharisma yang ditunjukkan oleh Gubernur DKI Jakarta Jokowi namun itu pun masih membuatnya ragu.

"Sebenarnya pilihan yang paling mendekati maksudnya yang paling suka ya Jokowi. Cuma masalahnya orang-orang di belakangnya itu, partainya itu. Sepertinya ada yang menyetir." kata Angga.

Di Twitter, kata Nukman Luthfie, pencapresan Jokowi menimbulkan berbagai reaksi.

"Ini yang menariknya. Twitter itu kan sifatnya spontan. Kita harus mengakui bahwa Jokowi itu fenomenal. Orang yang tidak tahu Jokowi jadi tahu. Orang yang tidak senang politik, jadi ikut tahu. Nah itu terjadi di Twitter. Ada pembicaraan yang mengatakan wah karena Jokowi sekarang aku ikut nyoblos. Karena ada Jokowi aku sekarang ikut milih. Tetapi kita tidak pernah tahu apakah dulunya mereka golput atau tidak, apakah pemilih pemula atau tidak." kata Nukman.

sumber : abc, radio australia
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement