Rabu 09 Apr 2014 16:17 WIB

Ini Dia Kartu As Rusia Melawan Barat, Benarkah?

Bavar-373
Foto: [ist]
Bavar-373

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kebiasaan negara-negara yang berseteru dalam kasus perang dingin untuk mengekspor konflik terkait ke negara-negara yang tidak berhubungan dengan konflik itu, kini mencuat lagi.

Dalam kontestasi kekuatan geopolitik antara Rusia dan Amerika Serikat serta sekutu Baratnya di Eropa Timur, disebutkan bahwa Rusia mempunyai kartu As untuk mengimbangi kekuatan sekutu yakni Iran.

Hal itu setidaknya terlihat dalam artikel 'Russia’s Ace in the Hole: a Super-Missile It Can Sell to Iran' di The Daily Beast.

Salah satu manuver politik yang dilihat dapat dimainkan Rusia adalah penjualan misil pertahanan S-300.

"..Rusia mempunyai kelebihan untuk mempersenjatai Iran dengan misil yang dapat mempertahankan sentrifugal dan reaktor dari serangan sekutu, dengan S-300," tulis media tersebut.

Keangkuhan narasi S-300 sebenarnya sudah lama menjadi tawar menawar Rusia dengan AS dalam berbagai isu. Iran sendiri, sebagaimana mana negara-negara Arab tetangganya, sudah lama menunjukkan kegeramannya karena selalu menjadi objek permainan dua negara tersebut. Negara ini bahkan menuntut Rusia ke pengadilan karena mengingkari perjanjian jual beli S-300.

Selain itu, hasil rekayasa para ahli Iran diklaim sudah mampu memproduksi senjata baru yang lebih tangguh bernama Bavar-373, selain memodifikasi sistem pertahanan yang ada seperti S-200 untuk jangkauan dan presisi yang lebih optimal.

Iran juga saat ini bukan negara yang mudah dipermainkan Rusia. Dalam beberapa tahun belakangan, khususnya pasca pemerintahan yang baru, Iran telah meningkatkan usaha untuk memperbaiki hubungan dengan AS. Bagaimanapun juga AS masih kekuatan dominan di Timur Tengah dan perannya dapat berubah seiring dengan konstelasi politik dunia yang terbaru.

Dalam krisis Ukraina, Iran berada dalam posisi tidak mudah untuk membuat pilihan, mengingat negara ini mempunyai kerja sama dirgantara memproduksi pesawat sipil Antonov-158 bersama Ukraina.

Krisis di Ukraina sendiri terus memanas dengan tambahnya dua kota di Timur Ukraina yang memerdekakan diri, setelah Crime, untuk bergabung dengan Rusia, kemarin, Selasa (8/4).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement