REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Saling tuduh antara Rusia dan Amerika Serikat dalam krisis Ukraina terus berlanjut.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Jhon Kerry menuduh agen Rusia terlibat dalam kerusuhan tersebut.
Di lain pihak, Rusia menuduh Ukraina menggunakan jasa militer swasta untuk menumpas demonstan.
"Kami benar-benar sangat prihatin dengan operasi yang melibatkan 150 pasukan bayaran AS dari militer swasta Greystone Ltd., yang mengenakan seragam pasukan khusus Ukraina, Sokol," kata sebuah pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia dikutip dari Russia Today, Rabu (9/4).
Bila dilihat dari kronologi krisis Ukraina, sebenarnya Rusia jauh hari sudah diduga menggunakan jasa militer swasta, khususnya dalam pengambilalihan sebuah bandara udara di Crimea.
Dalam artikel 'Exclusive: Russian ‘Blackwater’ Takes Over Ukraine Airport' di The Daily Beast disebutkan peran mendalam dari anggota perusahaan-perusahaan jasa keamanan terlibat langsung dalam konflik Crimea yang berujung kepada penggabungan ke wilayah Rusia.
Saat itu, pemerintahan baru Ukraina sudah berteriak bahwa kelompok bersenjata tanpa seragam menguasai sudut-sudut kota di Simferopol dan Sevastopol di Crimea.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov saat itu langsung menyangkal tuduhan kalau mereka adalah pasukan Rusia.
Lavrov memang benar, karena mereka yang berseragam itu kemungkinan bukan anggota militer Rusia, tapi warga Crimea yang menjadi kontraktor militer Rusia.
"Mereka tidak mengenakan seragam pasukan Rusia dan Pemerintah Rusia menyangkal mereka bagian dari militer Rusia," kata Dimitri Simes, pengamat dari the Center for National Interest.
"Mungkin saja mereka warga negara Ukraina. Akan tetapi mereka mempunyai izin resmi untuk bekerja pada proyek-proyek pangkalan militer Rusia."
Di Crimea sendiri, sebelum menjadi bagian dari Rusia, negara ini mempunyai pangkalan militer dengan status menyewa kepada pemerintah Ukraina.