REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pertarungan antara Ukraina dan Rusia dalam politik di kawasan berimbas kepada pergesekan antar gereja yang mewakili pihak masing-masing.
Saat demonstrasi penggulingan Presiden Viktor Yanukavych misalnya Gereja Ortodoks Ukraina, Ukrainian Orthodox Church-Kyiv Patriarchat, memberi berkat kepada para demonstran di kawasan Maidan.
Namun saat Rusia memutuskan mengambil alih Crimea, Uskup Agung gereja ini Yevstraty langsung mengutuk langkah Presiden Vladimir Putin itu.
Dikutip dari VOA News, gereja saingannya Ukrainian Orthodox Church-Moscow Patriarchate mempunyai kebijakan sendiri yang terpisah. Di antara pemimpinya menganggap mereka yang demonstrasi di Maidan 'ada setan di hatinya.'
Saat Ukraina lepas dari Uni Soviet para pemimpin Kristen Ortodoks melihat perlu ada gereja sendiri yang terpisah dari kendali Moskow. Seiring dengan perubahan politik di Ukraina, Gereja menjadi terlibat langsung dalam konflik di masyarakat.
Pertarungan antara Gereja Ukraina dan Moskow terlihat dari biodata tokoh kontroversial Oleksandr Muzychko. Pengikut Gereja Ortodoks Ukraina ini bahkan sempat menjadi mujahidin di Chechnya melawan Rusia usai ambruknya Uni Soviet.
Tokoh yang baru-baru ini ditembak mati secara misterius itu, melalui ormasnya UNA-UNSO selalu berpihak ke Gereja Ukraina dalam berbagai konflik melawan Gereja Moskow.
Walaupun begitu, kalangan umat Kristen Ordoks sudah mulai melihat perlunya persatuan antar mereka. Sebuah majelis bernama Pan-Orthodox Council sedang digagas untuk mempersatukan kembali gereja-gereja ortodoks sedunia. Rencananya tahun 2016 majelis ini akan didirikan.
Selain itu, pasca aneksasi Crimea oleh Rusia, Gereja Katolikpun mulai terimbas. Dikutip dari Catholic Herald Online, Selasa (8/4) dalam artikel 'Bishop: Ukrainian Church battling to remain legal in Crimea' dijelaskan bahwa eksistensi Gereja Katolikpun saat ini sudah mulai terancam dari wilayah semenanjung tersebut.