Kamis 10 Apr 2014 15:57 WIB

Krisis Ukraina, AS dan Rusia Desak Solusi Perdamaian

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Demonstran antipemerintah Ukraina melemparkan ban menghadapi polisi antikerusuhan di Independence Square, Kiev, Rabu (19/2).
Foto: Reuters/Vasily Fedosenko
Demonstran antipemerintah Ukraina melemparkan ban menghadapi polisi antikerusuhan di Independence Square, Kiev, Rabu (19/2).

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV-- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan Menteri Luar Negeri Rusia sepakat mencari solusi perdamaian atas krisis yang terjadi Ukraina. Menurut para pejabat, desakan solusi perdamaian disampaikan menyusul pendudukan gedung pemerintahan di timur kota Ukraina oleh para demonstran pro-Rusia.

Dilansir dari BBC, pemerintah Ukraina sendiri telah menyerukan digelarnya dialog mengakhiri krisis ini.  Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov diperkirakan akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, dan Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Deshchytsia pekan depan membahas krisis tersebut.

Pertemuan ini pun akan menjadi pertemuan pertama sejak Rusia mencaplok wilayah Crimea pada Februari lalu. Pasukan Rusia sendiri saat ini masih dikerahkan di perbatasan Ukraina. Diplomat senior AS Victoria Nuland, mengatakan harapan digelarnya pembicaraan memang tidak berlebihan. Meskipun begitu, menurutnya, sangat penting untuk menjaga pintu diplomatik tetap terbuka.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan pada Rabu lalu Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membahas pentingnya solusi damai melalui dialog untuk mengakhiri krisis Ukraina. Mereka sendiri juga menolak penggunakan kekuatan militer.

Kerry dan Lavrov berbicara dua kali melalui telepon membahas ketegangan di Ukraina yang semakin meningkat. Dalam pembicaraan sebelumnya dengan menteri luar negeri AS, Lavrov mengatakan pembicaraan selanjutnya akan difokuskan pada dialog antara warga Ukraina, dan bukan hubungan bilateral antara partisipan.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov mengatakan operasi anti-terorisme tengah dilakukan di tiga wilayah Ukraina selama 48 jam. Moscow pun memperingatkan Ukraina bahwa menghentikan krisis dengan kekuatan militer dapat memicu terjadinya perang sipil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement