Kamis 10 Apr 2014 17:04 WIB

Di Hadapan Uni Afrika, Ikhwan Bantah Lakukan Kekerasan

Rep: Alicia Saqina/ Red: A.Syalaby Ichsan
Demonstran Ikhwanul Muslimin menggelar aksi demonstrasi menentang penggulingan Presiden Muhammad Mursi di halaman Masjid Rabaa Al Adawiya, Kairo, Mesir.
Foto: EPA/Khaled Elfiqi
Demonstran Ikhwanul Muslimin menggelar aksi demonstrasi menentang penggulingan Presiden Muhammad Mursi di halaman Masjid Rabaa Al Adawiya, Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Para anggota kelompok Ikhwanul Muslimin (IM) bertemu dengan delegasi Uni Afrika (UA), Rabu (9/4). Kedatangan delegasi UA ke Kairo itu merupakan rangkaian pembicaraan yang dijalin bersama dengan sejumlah partai politik Mesir.

 

Anggota aliansi dari National Alliance to Support Legitimacy (NASL), Omar Azzam, menyampaikan kepada Ahram Online, bahwa pertemuan dengan delegasi UA itu tidak memperbincangkan hal yang terlalu spesifik.

Baik kelompok IM maupun delegasi yang diketuai oleh Alpha Oumar Konare itu pun tidak membawa-bawa isu terkait momentum menjelang pemilihan presiden Mesir mendatang.

 

Dalam pertemuan itu, Azzam menjelaskan, delegasi UA membahas tuduhan yang menyebutkan para anggota IM telah menggunakan aksi kekerasan dalam protes yang ditujukan kepada pemerintahan sementara Mesir. IM pun membantah tudingan itu. Kelompok IM mengklaim aksi protes mereka selalu dilakukan dengan cara damai.

 

Meski demikian, para anggota IM mengapresiasi jalannya pertemuan dengan delegasi UA itu. ''Kami menghargai semua upaya (UA). Namun bantuan eksternal sepertinya tidak dapat memberikan kontribusi apapun, selain menciptakan situasi dan kondisi yang mendukung untuk mencapai solusi bagi Mesir,'' ujar dia, seperti dikutip dari Ahram Online, Rabu (9/4).

 

Selain membicarakan isu terkait adanya kekerasan yang dilakukan kelompok IM terhadap pemerintahan Mesir, pertemuan dengan delegasi kemarin juga membahas keanggotan Mesir di UA.

 

Konare menyampaikan, Mesir diskors dari UA usai peristiwa penggulingan Presiden Muhammad Mursi, Juli silam. Atas hal itu, Azzam pun berpendapat, tak ada satu negara pun yang senang bila keanggotaannya dalam delegasi dibekukan.

''Tapi mungkin alasan yang menyebabkan Mesir mendapatkan status ini ialah, karena hal yang masih terjadi saat ini. Evaluasi yang ada di lapangan, belum adanya perkembangan yang nyata,'' ungkap Azzam.

 

Pertemuan antara IM dan delegasi UA itu berlangsung sekitar empat jam. Dalam kunjungannya ke Kairo, delegasi UA ini juga bertemu dengan Presiden interim Mesir, Adly Mansour, dan mantan kepala militer Mesir Abdel Fattah El-Sisi.

 

Selama pertemuan dengan Sisi itu, UA juga menyatakan dukungannya atas peta transisi pemerintahan Mesir yang diumumkan Juli lalu, menyusul peristiwa penggulingan Mursi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement