REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES-- Pemogokan umum membuat Argentina lumpuh pada Kamis (10/4), sementara serikat pekerja angkutan umum bergabung dalam protes untuk menentang kebijakan Pemerintah Presiden Cristina Fernandez.
Seorang juru bicara bagi Konfederasi Tenaga Kerja Umum Argentina (CGT) mengatakan kegiatan pamer kekuatan itu "diikuti banyak orang; anggota dari serikat pekerja angkutan darat, kereta dan udara serta pekerja restoran, industri dan pengemudi truk tidak muncul ke tempat kerja".
Seorang pemimpin serikat pekerja dan anggota Dewan Direktur CGT Juan Carlos Smith mengatakan "lebih dari satu juta pekerja bergabung dalam pemogokan tersebut" untuk memprotes inflasi, angka kejahatan dan penurunan daya beli dari upah yang mereka terima.
Menurut jumlah dari pemerintah, ada 10 juta pekerja aktif di Argentina, sebanyak empat juta di antara mereka berafiliasi pada serikat pekerja, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi. Kepala Staf Fernandez, Jorge Milton Capitanich, menyebut pemogokan umum itu "anti-demokrasi", dan mengatakan pemogokan oleh pekerja angkutan umum tersebut menghalangi pegawai di sektor lain untuk sampai ke tempat kerja mereka.
Pemogokan itu yang dianjurkan oleh oposisi politik untuk "mengepung pusat kota besar", dengan menggunakan "teknik umum Abad Menengah" untuk menghalangi orang bepergian, kata Capitanich. Pemogokan tersebut dimulai pada tengah malam dengan penghentian total angkutan umum dan operasi di stasiun pengisian bahan bakar.
Di sektor penerbangan, Racardo Cirielli dari Perhimpunan Insinyur Penerbangan (APTA) mengatakan Perusahaan Penerbangan Argentina, LAN, Austral dan Sol, termasuk di antara perubahaan penerbangan lain, "Tidak beroperasi dan telah dipaksa membatalkan semua penerbangan dalam negeri dan sebagian penerbangan internasional". Sebabnya ialah sekalipun pilot tidak ikut mogok, pengawas lalu lintas udara mogok.
Beberapa guru dan serikat pekerja toko tidak ikut mogok, dan beberapa peristiwa kerusuhan dilaporkan antara mereka yang mendukung pemogokan dan yang tidak, termasuk dua jalur kereta bawah tanah tempat pekerja memutuskan untuk terus beroperasi.
"Kami tidak bergabung dengan pemogokan sebab kami tak setuju dengan klaim mengenai serikat pekerja milik oposisi (politik)," kata Roberto Pianelli, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Serikat Pekerja Kereta Bawah Tanah (AGTSyP). Pemogokan umum tersebut merupakan pemogokan kedua anti-pemerintah sejak November 2012.