REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mesir akan membutuhkan lebih banyak bantuan internasional untuk menempatkan ekonominya kembali di jalurnya, meskipun menerima pinjaman besar dari negara-negara Teluk Arab, IMF mengatakan Jumat.
"Mesir akan membutuhkan dukungan finansial yang bisa datang dari mitranya di Teluk, atau, jika pemerintah ingin itu, dari IMF dan dari lembaga-lembaga keuangan internasional lainnya," Christopher Jarvis, kepala misi Dana Moneter International untuk Mesir, mengatakan kepada pers.
IMF telah membicarakan paket dana talangan (bailout) sebesar 4,8 miliar dolar AS untuk Mesir, yang telah menghadapi kekerasan dan kesulitan ekonomi sejak penggulinganPresiden Hosni Mubarak pada 2011.
Tetapi pembicaraan itu terputus pada tahun lalu, karena ketidakstabilan politik setelah militer menggulingkan presiden terpilih Mohammed Morsi dari Ikhwanul Muslimin.
Arab Saudi baru-baru ini mengumumkan paket dukungan lima miliar dolar AS untuk Mesir sebelum negara itu menyelenggarakan pemilu pada 26-27 Mei, di mana pensiunan panglima militer Abdel Fattah al-Sisi berusaha untuk menjadi presiden.
Dua rekan monarki Teluk pengekspor minyak, Kuwait dan Uni Emirat Arab, secara bersama-sama telah menjanjikan bantuan tujuh miliar dolar AS.
Meskipun uang tunai masuk, Mesir masih menghadapi "tantangan besar" termasuk pertumbuhan rendah, pengangguran yang tinggi dan defisit anggaran yang parah, kata Jarvis.
Jarvis memperbarui desakan pada Mesir untuk mengambil langkah sensitif secara politis, mengurangi subsidi BBM, dengan mengatakan bahwa mereka menyakitkan bagi anggaran.
"Semakin cepat reformasi dimulai semakin baik. Tetapi kami melihatnya sebagai suatu proses yang akan memakan waktu beberapa tahun," kata Jarvis, menambahkan bahwa IMF siap untuk membantu.