REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Organisasi kemanusiaan memperingatkan mengenai krisis pangan serius yang diperkirakan mencengkeram Sudan Selatan akhir tahun ini. Sementara, musim hujan sudah mulai mendekat.
Selain itu, kerusuhan yang meluas juga akan menghambat kemampuan mereka mengirim makanan buat orang yang memerlukan.
"Musim hujan yang membayang juga dapat membuat jalan tak bisa dilewati, sehingga membatasi kemampuan organisasi bantuan untuk menjangkau warga," kata seorang juru bicara PBB, Stephane Dujarric, kepada wartawan di Markas PBB, New York, Jumat (11/4) dalam taklimatnya.
Dia mengutip laporan Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA). ''Sebanyak tujuh juta orang di Sudan Selatan dipandang menghadapi resiko rawan pangan, termasuk 3,7 juta orang yang sangat berisiko," kata Dujarric.
''Berbagai lembaga kemanusiaan berencana menjangkau sebanyak 3,2 juta orang yang paling rentan dengan bantuan hingga Juni,'' kata juru bicara tersebut sebagaimana dilaporkan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta pada Sabtu.
Ia menambahkan mereka sejauh ini telah membantu lebih dari satu juta orang di seluruh negeri itu. Awal April, misi PBB di Sudan Selatan menyatakan sejak permusuhan meletus antara pasukan pemerintah dan oposisi pada Desember.
Rata-rata 75.000 warga sipil telah mengungsi ke pangkalan PBB di seluruh negeri tersebut.