Ahad 13 Apr 2014 08:39 WIB

'Kami Gagal Mendidik Ma Ying-jeou'

Rep: fuji pratiwi/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Taiwan Ma Ying Jeu
Foto: AP
Presiden Taiwan Ma Ying Jeu

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI--Dalam diskusi bertajuk 'Ketidakpatuhan Sipil', Rektor Universitas Nasional Taiwan (NTU), Shieh Ming-yan, mengaku gagal mendidik lulusannya, Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou. 

''Jika perguruan tinggi boleh mengakui kegagalannya, kami mengaku gagal mendidik Ma Ying-jeou,'' kata Shieh, demikian dikutip Taipei Times, Sabtu (12/4). Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou menerima gelar sarjana hukum dari NTU pada 1972.

Pernyataan Shieh ini merujuk pada bagaimana pemerintahan Taiwan yang saat ini dipimpin Presiden Ma berniat menuntut para mahasiswa yang menduduki gedung dewan dan mengkritisi kebijakan perdagangan lintas selat oleh pemerintah.

Permintaan maaf serupa juga dilontarkan Rektor Universitas Nasional Chiao Tung (NCTU), Wu Yan-hwu kepada polisi atas aksi kelompok Pergerakan Bunga Matahari.

''Saya meminta maaf, bukan karena perbuatan mahasiswa saya yang mencoreng almamaternya, tapi atas peran pribadi saya,'' tulis Wu dalam surat terbukanya.

Wu sempat menyatakan kekhawatiran jika mahasiswanya diberi sanksi hukum atas upaya menyuarakan pemikiran pemikiran mereka. Sebab itu ia meminta maaf secara terbuka.

Sikap Wu menuai kritik mahasiswa dan profesor di NCTU. 75 profesor dan 2.700 mahasiswa menandatangani petisi yang meminta Wu mundur. Bahkan alumni NCTU menyumbangkan 56.496 dolar AS guna mendukung aksi itu.

Sebagai pendidik dan cendikiawan, mereka memandang Wu harusnya memahami munculnya Pergerakan Bunga Matahari juga dipicu sikap tak demokratis pemerintah yang ingin menjalankan perdagangan lintas selat dengan Cina dan menekan hak partisipasi politik warga sipil.

Aksi pendudukan gedung dewan Taiwan selama 24 hari oleh mahasiswa berakhir Kamis (10/4) lalu. Mereka bersikukuh Taiwan tak boleh menjalankan kebijakan perdagangan lintas selat dengan Cina yang dinilai merugikan Taiwan dan hanya akan memperluas cengkeraman perusahaan-perusahaan Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement